Dalam salah satu artikel di situs http://bahankuliah.wordpress.com/2009/05/14/penulisan-tinjauan-pustaka/ disebutkan bahwa "Tinjauan Pustaka" mempunyai arti: peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related literature). Sesuai dengan arti tersebut, suatu tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review)
pustaka (laporan penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang
berkaitan—tidak selalu harus tepat identik dengan bidang permasalahan
yang dihadapi—tetapi termasuk pula yang seiring dan berkaitan (collateral).
Fungsi peninjauan kembali pustaka yang berkaitan merupakan hal yang
mendasar dalam penelitian, seperti dinyatakan oleh Leedy (1997) bahwa
semakin banyak seorang peneliti mengetahui, mengenal dan memahami
tentang penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (yang
berkaitan erat dengan topik penelitiannya), semakin dapat dipertanggung
jawabkan caranya meneliti permasalahan yang dihadapi. Walaupun demikian,
sebagian penulis (usulan penelitian atau karya tulis) menganggap
tinjauan pustaka merupakan bagian yang tidak penting sehingga ditulis
“asal ada” saja atau hanya untuk sekedar membuktikan bahwa penelitian
(yang diusulkan) belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembuktian keaslian
penelitian tersebut sebenarnya hanyalah salah satu dari beberapa
kegunaan tinjauan pustaka. Kelemahan lain yang sering pula dijumpai
adalah dalam penyusunan, penstrukturan atau pengorganisasian tinjauan
pustaka.
Banyak penulisan tinjauan pustaka yang mirip resensi buku (dibahas
buku per buku, tanpa ada kaitan yang bersistem) atau mirip daftar
pustaka (hanya menyebutkan siapa penulisnya dan di pustaka mana ditulis,
tanpa membahas apa yang ditulis). Berdasar kelemahan-kelemahan yang
sering dijumpai di atas, tulisan ini berusaha untuk memberikan kesegaran
pengetahuan tentang cara-cara penulisan tinjauan pustaka yang lazim
dilakukan. Cakupan tulisan ini meliputi empat hal, yaitu: (a) kegunaan,
(b) organisasi tinjauan pustaka, (c) kaitan tinjauan pustaka dengan
daftar pustaka, dan (d) cara pencarian bahan-bahan pustaka, terutama
dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Kegunaan Tinjauan Pustaka
Leedy (1997, hal. 71) menerangkan bahwa suatu tinjauan pustaka
mempunyai kegunaan untuk: (1) mengungkapkan penelitian-penelitian yang
serupa dengan penelitian yang (akan) kita lakukan; dalam hal ini,
diperlihatkan pula cara penelitian-penelitian tersebut menjawab
permasalahan dan merancang metode penelitiannya; (2) membantu memberi
gambaran tentang metoda dan teknik yang dipakai dalam penelitian yang
mempunyai permasalahan serupa atau mirip penelitian yang kita hadapi;
(3) mengungkapkan sumber-sumber data (atau judul-judul pustaka yang
berkaitan) yang mungkin belum kita ketahui sebelumnya; (4) mengenal
peneliti-peneliti yang karyanya penting dalam permasalahan yang kita
hadapi (yang mungkin dapat dijadikan nara sumber atau dapat ditelusuri
karya -karya tulisnya yang lain—yang mungkin terkait); (5)
memperlihatkan kedudukan penelitian yang (akan) kita lakukan dalam
sejarah perkembangan dan konteks ilmu pengetahuan atau teori tempat
penelitian ini berada; (6) menungkapkan ide-ide dan
pendekatan-pendekatan yang mungkin belum kita kenal sebelumya; (7)
membuktikan keaslian penelitian (bahwa penelitian yang kita lakukan
berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya); dan (8) mampu menambah
percaya diri kita pada topik yang kita pilih karena telah ada
pihakpihak lain yang sebelumnya juga tertarik pada topik tersebut dan
mereka telah mencurahkan tenaga, waktu dan biaya untuk meneliti topik
tersebut.
Dalam penjelasan yang hampir serupa, Castetter dan Heisler (1984,
hal. 38-43) menerangkan bahwa tinjauan pustaka mempunyai enam kegunaan,
yaitu: (1) mengkaji sejarah permasalahan; (2) membantu pemilihan
prosedur penelitian; (3) mendalami landasan teori yang berkaitan dengan
permasalahan; (4) mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian
terdahulu; (5) menghindari duplikasi penelitian; dan (6) menunjang
perumusan permasalahan. Karena penjelasan Castetter dan Heisler di atas
lebih jelas, maka pembahasan lebih lanjut tentang kegunaan tinjauan
pustaka dalam tulisan ini mengacu pada penjelasan mereka. Satu persatu
kegunaan (yang saling kait mengkait) tersebut dibahas dalam bagian
berikut ini.
Kegunaan 1: Mengkaji sejarah permasalahan
Sejarah permasalahan meliputi perkembangan permasalahan dan
perkembangan penelitian atas permasalahan tersebut. Pengkajian terhadap
perkembangan permasalahan secara kronologis sejak permasalahan tersebut
timbul sampai pada keadaan yang dilihat kini akan memberi gambaran yang
lebih jelas tentang perkembangan materi permasalahan (tinjauan dari
waktu ke waktu: berkurang atau bertambah parah; apa penyebabnya).
Mungkin saja, tinjauan seperti ini mirip dengan bagian “Latar belakang
permasalahan” yang biasanya ditulis di bagian depan suatu usulan
penelitian. Bedanya: dalam tinjauan pustaka, kajian selalu mengacu pada
pustaka yang ada. Pengkajian kronologis atas penelitian–penelitian yang
pernah dilakukan atas permasalahan akan membantu memberi gambaran
tentang apa yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain dalam
permasalahan tersebut. Gambaran bermanfaat terutama tentang pendekatan
yang dipakai dan hasil yang didapat.
Kegunaan 2: Membantu pemilihan prosedur penelitian
Dalam merancang prosedur penelitian (research design),
banyak untungnya untuk mengkaji prosedur-prosedur (atau pendekatan) yang
pernah dipakai oleh peneliti-peneliti terdahulu dalam meneliti
permasalahan yang hampir serupa. Pengkajian meliputi kelebihan dan
kelemahan prosedur-prosedur yang dipakai dalam menjawab permasalahan.
Dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan prosedur-prosedur tersebut,
kemudian dapat dipilih, diadakan penyesuaian, dan dirancang suatu
prosedur yang cocok untuk penelitian yang dihadapi.
Kegunaan 3: Mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan
Salah satu karakteristik penelitian adalah kegiatan yang dilakukan
haruslah berada pada konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada.
Pengkajian pustaka, dalam hal ini, akan berguna bagi pendalaman
pengetahuan seutuhnya (unified explanation) tentang teori atau
bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan. Pengenalan
teori-teori yang tercakup dalam bidang atau area permasalahan diperlukan
untuk merumuskan landasan teori sebagai basis perumusan hipotesa atau
keterangan empiris yang diharapkan.
Kegunaan 4: Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu
Di bagian awal tulisan ini disebutkan bahwa kegunaan tinjauan pustaka
yang dikenal umum adalah untuk membuktikan bahwa penelitian (yang
diusulkan) belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembuktian keaslian
penelitian ini bersumber pada pengkajian terhadap penelitian-penelitian
yang pernah dilakukan. Bukti yang dicari bisa saja berupa kenyataan
bahwa belum pernah ada penelitian yang dilakukan dalam permasalahan itu,
atau hasil penelitian yang pernah ada belum mantap atau masih
mengandung kesalahan atau kekurangan dalam beberapa hal dan perlu
diulangi atau dilengkapi. Dalam penelitian yang akan dihadapi sering
diperlukan pengacuan terhadap prosedur dan hasil penelitian yang pernah
ada (lihat kegunaan 2). Kehati-hatian perlu ada dalam pengacuan
tersebut. Suatu penelitian mempunyai lingkup keterbatasan serta
kelebihan dan kekurangan. Evaluasi yang tajam terhadap kelebihan dan
kelemahan tersebut akan berguna terutama dalam memahami tingkat
kepercayaan (level of significance) hal-hal yang diacu. Perlu
dikaji dalam penelitian yang dievaluasi apakah temuan dan kesimpulan
berada di luar lingkup penelitian atau temuan tersebut mempunyai dasar
yang sangat lemah. Evaluasi ini menghasilkan penggolongan pustaka ke
dalam dua kelompok: 1. Kelompok Pustaka Utama (Significant literature); dan 2. Kelompok Pustaka Penunjang (Collateral Literature).
Kegunaan 5: Menghindari duplikasi penelitian
Kegunaan yang kelima ini, agar tidak terjadi duplikasi penelitian,
sangat jelas maksudnya. Masalahanya, tidak semua hasil penelitian
dilaporkan secara luas. Dengan demikian, publikasi atau seminar atau
jaringan informasi tentang hasil-hasil penelitian sangat penting. Dalam
hal ini, peneliti perlu mengetahui sumber-sumber informasi pustaka dan
mempunyai hubungan (access) dengan sumber-sumber tersebut.
Tinjauan pustaka, berkaitan dengan hal ini, berguna untuk membeberkan
seluruh pengetahuan yang ada sampai saat ini berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi (sehingga dapat menyakinkan bahwa tidak
terjadi duplikasi).
Kegunaan 6: Menunjang perumusan permasalahan
Kegunaan yang keenam dan taktis ini berkaitan dengan perumusan
permasalahan. Pengkajian pustaka yang meluas (tapi tajam), komprehe nsif
dan bersistem, pada akhirnya harus diakhiri dengan suatu kesimpulan
yang memuat permasalahan apa yang tersisa, yang memerlukan penelitian;
yang membedakan penelitian yang diusulkan dengan penelitianpenelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam kesimpulan tersebut, rumusan
permasalahan ditunjang kemantapannya (justified). Pada beberapa
formulir usulan penelitian (seperti misalnya pada formulir Usulan
Penelitian DPP FT UGM), bagian kesimpulan ini sengaja dipisahkan
tersendiri (agar lebih jelas menonjol) dan ditempatkan sesudah tinjauan
pustaka serta diberi judul “Keaslian Penelitian”.
Organisasi Tinjauan Pustaka
Seperti telah dijelaskan di atas, banyak dijumpai kelemahan dalam
penulisan tinjauan pustaka dilihat dari cara menyusun atau
mengorganisasi materinya. Organisasinya yang lemah ditunjukan oleh tidak
adanya sistem (keterkaitan) yang jelas ditampilkan dalam tinjauan
pustaka tersebut. Berkaitan denga persyaratan untuk bersistem tersebut,
dalam formulir Usulan Penelitian DPP FT UGM telah ditulis dengan jelas,
sebagai berikut:
“TINJAUAN PUSTAKA (Buatlah suatu uraian yang baik, luas dan bersistem
mengenai penelitian-penelitian yang sudah pernah diadakan dan yang
mempunyai kaitan dengan penelitian yang diusulkan ini….)”.
Dalam hal organisasi tinjauan pustaka, Castetter dan Heisler (1984,
hal. 43-45) menyarankan tentang bagian-bagian tinjauan pustaka, yang
meliputi: (1). pendahuluan, (2) pembahasan, dan (3) kesimpulan. Dalam
bagian pendahuluan, biasanya ditunjukan peninjauan dan kriterian
penetapan pustaka yang akan ditinjau (dapat diungkapkan dengan
sederetann pertanyaan keinginan–tahu). Pada bagian pendahuluan ini pula
dijelaskan tentang organisasi tinjauan pustaka, yaitu pengelompokan
secara sistematis dengan menggunakan judul dan sub-judul pembahasan;
umumnya, pengelompokan didasarkan pada topik; cara lain, berdasar
perioda (waktu, kronologis). Contoh “bagian pendahuluan” dari suatu
tinjauan pustaka sebagai berikut—
Contoh 1: Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi lima
kelompok pembahasan. Pembahasan pertama merupakan tinjauan singkat
tentang system permodelan transportasi kota, sebagai pengantar atau
pengenalan tentang penyebaran beban lalulintas ke ruas-ruas jalan.
Pembahasan kedua berkaitan dengan pengetahuan penyebaran beban
lalulintas ke ruas-ruas jalan (trip assignment) itu sendiri,
dan pembahasan kelompok ketiga menyangkut tinjauan kronologis
pengembangan paket-paket program komputer untuk perhitungan sebaran
beban lalulintas. Pembahasan keempat bersangkut–paut dengan kritik
terhadap paket-paket komputer dalam bidang system permodelan
transportasi kota yang ada; sedangkan pembahasan kelima memfokuskan pada
interaksi (dialog) antara program komputer dan pemakai. (Sumber:
Djunaedi, 1988)
Contoh 2:
….tinjauan pustaka ini dirancang untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1) Seperti apakah proses perencanaan kota komprehensif itu?
2) Bagian mana saja dari proses tersebut yang terstruktur dan bagian mana saja yang tidak terstruktur?
3) Sejauh mana bagian-bagian proses tersebut sampai saat ini telah terkomputerkan?
4) Siapa saja atau pihak mana yang terlibat dalam proses perencanaan tersebut?
5) Seperti apakah produk akhir dari proses perencanaan tersebut?
(Sumber: Djunaedi, 1986: hal. 9)
Bagian kedua, pembahasan, disusun sesuai organisasi yang telah
ditetapkan dalam bagian pendahuluan. Pembahasan pustaka perlu
dipertimbangkan keterbatasan bahwa tidak mungkkin (tepatnya: tidak
perlu) semua pustaka dibahas dengan kerincian yang sama; ada pustaka
yang lebih penting dan perlu dibahas lebih rinci daripada pustaka
lainnya. Dalam hal ada kemiripan isi, perincian dapat diterapkan pada
salah satu pustaka; sedangkan pustaka lainnya cukup disebutkan saja tapi
tidak dirinci. Misal : Komponen Sistem Penunjang Pembuatan Keputusan,
seperti dijelaskan oleh Mittra (1986), meliputi empat modul: pengendali,
penyimpan data, pengolah data, dan pembuat model. Penjelasan serupa
diberikan pula oleh Sprague dan Carlson (1982), dan Bonczek et al.
(1981). Sebagai peninjauan yang bersistem, disamping menuruti organisasi
yang telah ditetapkan, dalam pembahasan secara rinci perlu ditunjukkan
keterkaitan satu pustaka dengan pustaka lainnya. Bukan hanya menyebut
“Si A menjelaskan bahwa . . . . . . Si B menerangkan . . . .
. . Si Z memerinci . . . . . . “; tapi perlu dijelaskan
keterkaitannya, misal “Si B menerangkan bahwa . . . . . . sebaliknya si G
membantah hal tersebut dan menyatakan bahwa . . . . . .
Bantahan serupa muncul dari berbagai pihak, misalnya diungkapkan oleh
si W, si S dan si Y. Ketiga penulis terakhir ini bahkan menyatakan
bahwa . . . . . .
Tinjauan Pustaka diakhiri dengan kesimpulan atau ringkasan yang menjelaskan tentang “apa arti semua tinjauan pustaka tersebut (what does it all mean?)”.
Secara rinci, kesimpulan atau ringkasan tersebut hendaknya memuat
jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan berikut ini, tentang:
(a) status saat ini, mengenai pengetahuann yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan diteliti (apakah permasalahan sebenarnya telah
tuntas terjawab?);
(b) penelitian-penelitian terdahulu yang dengan permasalahan yang
dihadapi (adakah sesuatu dan apakah yang dapat dimanfaatkan?);
(c) kualitas penelitian-penelitian yang dikaji (mantap atau hanya dapat dipercayai sebagian saja?);
(d) kedudukan dan peran penelitian yang diusulkan dalam konteks ilmu pengetahuan yang ada.
Contoh bagian ringkasan dari tinjauan pustaka:
Isi tinjauan pustaka di atas dapat diringkas sebagai berikut:
(1) Telah tersedia pengetahuan tentang teknik perhitungan sebaran beban lalulinas ke ruas-ruas jalan.
(2) Teknik tersebut telah diwujudkan dalam suatu bagian dari
program komputer berskala besar sampai menengah, yang dijalankan
denngan komputer besar (main–frame).
(3) Dibutuhkan penerapan teknik tersebut pada komputer mikro mengingat komputer mikro telah tersebar luas di Indonesia.
(4) Untuk pembuatan program simulator ini perlu dipertimbangkan
hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan menyangkut interaksi
(dialog) antara program komputer dan pemakai yang bukan pemrogram,
terutama dalam bentuk dialog, keterlibatan pemakai, dan keterbatasan
waktu dalam diri pemakai.
(Sumber: Djunaedi, 1988)
Kaitan Tinjauan Pustaka dengan Daftar Pustaka
Di bagian awal tulisan in telah disebutkan bahwa sering terdapat
penulisan tinjauan pustaka yang mirip daftar pustaka. Misal: “Tentang
hal A dibahas oleh si H dalam buku . . .
. . . , si B dalam buku . . . . . . ; sedangkan tentang hal J diterangkan oleh si P dalam buku . .
. . . . “. Peninjauan seperti ini biasanya tidak menyebutkan apa yang
dijelaskan oleh masing masing pustaka secara rinci (hanya menyebutkan siapa dan dimana ditulis).
Penyebutan judul buku, yang seringkali tidak hanya sekali, tidak
efisien dan menyaingi tugas daftar pustaka. Dalam tulisan ini, cara
peninjauan seperti itu tidak disarankan. Pengacuan pustaka dalam
tinjauan pustaka dapat dilakukan dengan cara yang bermacam-macam, antara
lain: penulisan catatan kaki, dan penulisan nama pengarang dan tahun
saja. Setiap cara mempunyai kelebihan dan kekurangan; tapi peninjauan
tentang kelebihan dan kekurangan tersebut di luar lingkup tulisan ini.
Dalam tulisan ini hanya akan dibahas pemakaian cara penulisan nama
akhir pengarang dan tahun penerbitan (dan sering ditambah dengan nomor
halaman). Misal: Dalam hal organisasi tinjauan pustaka, Castetter dah
Heisler (1984, hal. 43-45) menyarankan tentang bagian-bagian tinjauan
pustaka, yang meliputi: (1) pendahuluan, (2) pembahasan, dan (3)
kesimpulan. Pengacuan cara di atas mempunyai kaitan erat dengan cara
penulisan daftar pustaka.
Penulisan daftar pustaka umumnya tersusun menurut abjad nama akhir
penulis; dengan format: nama penulis, tahun penerbitan dan seterusnya.
Susunan dan format daftar pustaka tersebut memudahkan untuk membaca
informasi yang lengkap tentang yang diacu dalam tinjauan pustaka. Misal,
dalam tinjauan pustaka:
“. . . . . . Mittra (1986) . . . . . .”
Dalam daftar pustaka, tertulis:
Mittra, S. S., 1996, Decision Support System: Tools and Techniques, John Wiley & Sons, New York, N. Y.
Sering terjadi, seorang penulis (usulan penelitian atau karya tulis)
ingin menunjukan bahwa bahan bacaannya banyak; meskipun tidak dibahas
dan tidak diacu dalam tulisannya, semuanya ditulis dalam daftar pustaka.
Maksud yang baik ini sebaiknya ditunjukan dengan membahas dan
mengemukakan secara jelas (menurut aturan pengacuan) apa yang diacu dari
pustaka-pustaka tersebut dalam tulisannya. Tentunya hal yang
sebaliknya, yaitu menyebut nama pengarang yang diacu dalam tinjauan
pustaka tanpa menuliskannya dalam daftar pustaka (karena lupa) tidak
perlu terjadi.
Berikut ini salah satu petunjuk tentang penulisan nama untuk
pengacuan dalam tinjauan pustaka (dan daftar pustaka)—dikutip dari
petunjuk yang dikeluarkan oleh Program Pascasarjana UGM (1997: hal.
16-17):
F. Penulisan Nama
Penulisan nama mencakup narna penulis yang diacu dalam uraian, daftar
pustaka, nama yang lebih dan satu suku kata, nama dengan garis
penghubung, nama yang diikuti dengan singkatan, dan derajat kesarjanaan.
1. Nama penulis yang diacu dalam uraian
Penulis yang tulisannya diacu daiam uraian hanya disebutkan narna
akhimya saja, dan kalau lebih dari 2 orang, hanya nama akhir penulis
pertama yang dicantumkan dlikuti dengan dkk atau et al:
a. Menurut Calvin (1978) ….
b. Pirolisis ampas tebu (Othmer dan Fernstrom, 1943) menghasilkan..
c. Bensin dapat dibuat dari metanol (Meisel dkk, 1976) …
Yang membuat tulisan pada contoh (c) berjumiah 4 orang, yaitu Meisel, S.L., McCullough, J.P., Leckthaler, C.H., dan Weisz, P.B.
2. Nama penulis dalam daftar pustaka
Dalam daftar pustaka, semua penulis harus dicantumkan namanya, dan
tidak boleh hanya penulis pertama diambah dkk atau et al. saja.
Contoh:
Meisei, S.L., McCullough, J.P., Leckthaler, C.H., dan Weisz, P.B., 1 976, ….
Tidak boleh hanya:
Meisel, S.L. dkk atau Meisel, S.L. et al.
3. Nama ponulis lebih dari satu sutu kata
Jika nama penulis ierdiri dari 2 suku kata atau lebih, cara
penulisannya ialah narna akhir diikuti dengan koma, singkatan nama
depan, tengah dan seterusnya, yang semuanya diberi titik, atau nama
akhir dilkuti dengan suku kata nama depan, tengah, dan eterusnya.
Contoh:
a. Sutan Takdir Alisyahbana ditulis: Alisyahbana S.T., atau Alisyahbana, Sutan Takdir.
b. Donald Fitzgerald Othmer ditulis: Othmer, D.F.
4. Nama dengan garis penghubung
Kalau nama penulis dalam sumber aslinya ditulis dengan garis
penghubung di antara dua suku katanya, rraka keduanya dianggap sebagai
satu kesatuan.
Contoh:
Sulastin-Sutrisno ditulis Sulastin-Sutrisno.
5. Nama yang diikuti dengan singkatan
Nama yang diikuti dengan singkatan, dianggap bahwa singkatan itu menjadi satu dengan suku kata yang ada di depannya.
Contoh:
a. Mawardi A.l. ditulis: Mawardi A.l.
b. Williams D. Ross Jr. ditulis: Ross Jr., W.D.
6 . Derajat kosarjanaan
Derajat kesarjanaan tidak boleh dicantumkan.
Di bawah ini adalah salah satu contoh format daftar pustaka—dikutip dari petunjuk
yang dikeluarkan oleh Program Pascasarjana UGM (1997: hal. 26):
Anderson, T.F. 1951. Techniques for the Preservation of Three
Dimensional Structure in Preparing Specimens for the Electron
Microscope. Trans. N.Y. Acad. Sci. 13: 130- 134.
Andrew, Jr., H.N. 1961. Studies in-Paleabotany. John Wiley &
Sons, Inc., New York. Berlyn, G.P. and J.P. Miksche. 1976. Botanical
Microtechnique and Cytochemistry. The lowa State University Press, Ames.
Iowa.
Bhojwani, S.S. and S.P. Bhatnagar, 1981. The Embryology of Angiosperms. Vikas Publishing House PVT Ltd., New Delhi.
Cronquist, A. 1973. Basic Botany. Warper & Row Publisher,New York.
Cutler, D.F., 1978. Applied P/ant Anatomy. Longman, London.
Dawes. C.J. 1971. Bio/ogica/ Techniques in E/ectron Microscopy. Barnes & Nob/e, /nc., New York.
Dv Praw, E.J. 1972. The Bioscience: Cel/ and Mo/ecu/ar Bio/ogy. Cell and Molecular Biology Council, Standford, Califomia.
Bohlin, P. 1968. Use of the Scanning Reflection Electron Microscope
in the Study of Plant and Microbial Material. J. Roy. Microscop. Soc.
88: 407 – 418.
Erdtman, G. 1952. Po/len Morpho/ogy and P/ant Taxonomy. Almquist
& Wiksell, Stockholm – The Chronica Botanica Co., Waltham, Mass.
Esau, K. 1965. P/ant Anatomy. JohnWiley & Sons. Inc., New York.
Esau, K. 1977. Anatomy of Seed P/ants. John Wiley 8 Sons. New York.
Faegri, K. and J. Iversen.- 1975. Texbook of Po/len Ana/ysis. Hainer Press, New York
terima kasih gan infonya,sangat membantu ...
ReplyDeletedinanti kunjungan baliknya gan ... grahakamal.blogspot.com
terima kasih gan infonya,sangat membantu ...
ReplyDeletedinanti kunjungan baliknya gan ... grahakamal.blogspot.com
terima kasih gan infonya,sangat membantu ...
ReplyDeletedinanti kunjungan baliknya gan ... grahakamal.blogspot.com
sangat membantu thanks
ReplyDeleteterima kasih banyak atas ilmunya
ReplyDeleteterima kasih :) sangat membantu
ReplyDeleteLuar biasa. Terima kasih infonya gan
ReplyDeleteterimakasih atas infonya gan
ReplyDeletesangat membantu, terima kasih
ReplyDeleteOk
ReplyDelete