Tuesday, December 13, 2011

Apa dan Bagaimana Metode Historis?


Menurut catatan Rizky Fitriyanti Pradani dalam http://kikitoribertiga.blogspot.com/2011/04/rumusan-tahapan-metode-historis.html, ia mengungkapkan bahwa berbicara mengenai metode historis dapat disebutkan dalam buku karangan Asep. Bahwa metode historis adalah suatu metode pengkajian filsafat yang didasarkan pada prinsip-prinsip metode melalui empat tahapan. Maksudnya pengertian ini adalah sebuah metode yang tidak luput akan prinsip dan pegangan dalam penggunaan berfilsafat. Sehingga dalam menjalankan metode itu pun memiliki beberapa tahapan. Di mana jika kita lihat arti historis itu sendiri bahwa historis itu sendiri adalah sejarah waktu tentang pemikiran masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Jadi jika tersangkut paut akan historis maka metode ini membahas akan kebahasaan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang yang memiliki berbagai tahapan. Historis itu sendiri digunakan untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, masa kini menjadi masa yang akan datang yang pada akhirnya dapat diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperoleh dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini dan menuju masa depan yang lebih baik. Historis itu pun terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis dengan tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang diobservasi. Antara manusia, peristiwa, waktu bahkan tempat memiliki ikatan yang saling berkesinambungan. Di mana suatu kejadian sejarah ada karena manusia, peristiwa, waktu dan tempat. Hal ini akan selalu terkait dan akan menjadi suatu kepastian yang pasti.

Berikut adalah tahapan-tahapan metode historis adalah sebagai berikut:
1. Tahap Heuristik :
Tahap Heuristik ini adalah tahapan pertama dalam menjalankan sebuah metode kebahasaan. Di mana pencarian dan penemuan sumber-sumber kajian yang pernah ada tentang objek pemikiran kita. Yakni berinti pada penentuan sumber kajian. Contoh kajian metode tersebut dalam kebahasaan adalah membicarakan morfem dalam Bahasa Indonesia jadi harus mencari dan menemukan sumber yang pernah membicarakan tentang morfem yang kita bicarakan. Bagaimana suatu buku menuliskan pokok bahasan morfem tersebut dan kita harus mencarinya dan itu harus dicari hingga terbitan terbaru. Mungkin seorang penulis akan melakukan revisi atas bukunya yang telah lalu. Setelah itu menyelidiki (investigasi) masuk ke dalam lorong-lorong yang sulit untuk mencari tahu, hingga detail dari objek tersebut kita ketahui. Oleh karena itu, tahap ini produknya masih sebatas data-data milik orang lain yang pernah ada beserta catatan-catatan yang menjelaskan pemikiran itu tadi. Banyak tokoh, pendapat dalam berbagai jenis pustaka.
2. Tahap Kritis (Pengkritikan)
Tahap kedua adalah tahap kritis. Tahap ini ialah bermaksud mengkritisi keabsahan sumber kajian. Maksud dalam pengertian ini adalah filsuf bahasa akan menyoroti pemikiran tadi tentang kemantikan (ditemukan kebercahayaannya). Seorang filsuf akan melakukan kritik demi suatu bahasan yang benar dan teruji. Contoh : menemukan dari satu pustaka tentang mrngungkapkan pemikiran orang lain dan kita mencoba menunjukkan kemantikannya. Jadi seorang filsuf dituntut untuk berpendapat serta kritis terhadap keabsahan sumber kajian itu sendiri.
3. Tahap Interpretasi
Tahapan ketiga ini adalah melakukan interpretasi. Yakni memasukkan pemikiran kita ke dalam pemikiran mereka (para tokoh-tokoh filsuf). Apa yang kita pikirkan sekarang dapat diberi kesempatan untuk memasukkannya ke dalam objek pemikiran mereka (para tokoh-tokoh filsuf) terhadap isi sebuah sumber kajian atau memberikan interpretasi terhadap pemikiran ahli filsafat. Pada tahap interpretasi inilah akan terjadi dialektika antara pengkritisan dengan interpretasi. Terjadi konfrontasi pemikiran kita dengan hasil pengkritisan atau pemikiran tokoh-tokoh filsuf. Mungkin akan menjadi lebih sempurna jikalau pemikiran kita tergabung dalam pemikiran seorang tokoh filsuf tersebut. Kemudian setelah tahap interpretasi ini akan dituangkan ke dalam tahap akhir dalam sebuah metode historis kebahasaan.
4. Tahap Historiografi
Pada tahap akhir (historiografi) ini seorang filsuf memberikan penulisan dalam bentuk rangkaian sejarah. Sejarah di sini maksudnya masih dalam konteks sejarah filsafat bahasa. Mungkin melalui tahapan-tahapan sebelumnya dapat dicantumkan dalam pokok tahapan historigrafi ini. Sebagaimana seorang pemikir memiliki sejarah kejadian dalam mencari sumber kajian kemudian usaha pemikir untuk mengkritisi sumber kajian lalu melakukan interpretasi terhadap sumber kajian. Semuanya dicantumkan pada pokok metode akhir ini. Contohnya ialah: menyusun kesejarahan tentang objek tadi yani tentang morfem yang sudah dikritisi dan dikonfrontasi.

Contoh kajian: Saya akan membahas tentang kata baku dan tidak baku dalam buku Terampil Berbahasa Indonesia karya Gorys Keraf. Dalam buku itu penulis membahas akan kata baku dan tidak baku. Contoh ada sebuah kalimat seperti berikut: Semua hutangnya telah dilunasi. (Yang betul bukan hutang, melainkan utang. Jadi kalimat tersebut seharusnya diubah menjadi: Semua utangnya telah dilunasi.) Penulis terkecoh akan hal ini. Maka saya menggunakan tahap heuristic dalam mencari sumber kajian buku ini kemudian mengkritisi akan kesalahan tersebut dengan mencari data yang valit dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa yang ada dalam kamus adalah kata utang bukan hutang.
Sumber: http://kikitoribertiga.blogspot.com/2011/04/rumusan-tahapan-metode-historis.html

No comments:

Post a Comment