Menurut penuturan dan penjelasan Prof. Mudjia Rahadjo dalam situsnya di http://www.mudjiarahardjo.com/artikel/270.html?task=view (Oktober 2010), ia mengungkapkan bahwa salah satu pertanyaan penting dan sering
muncul dari para peneliti dan mahasiswa yang sedang melakukan
penelitian adalah masalah triangulasi. Banyak yang masih belum memahami
makna dan tujuan tiangulasi dalam penelitian, khususnya penelitian
kualitatif. Karena kurangnya pemahaman itu, sering kali muncul persoalan
tidak saja antara mahasiswa dan dosen dalam proses pembimbingan, tetapi
juga antar dosen pada saat menguji skripsi, tesis, dan disertasi. Hal
ini tidak akan terjadi jika masing-masing memiliki pemahaman yang cukup
mengenai triangulasi. Umumnya pertanyaan berkisar apakah triangulasi
perlu dalam penelitian dan jika perlu, bagaimana melakukannya. Berikut
uraian ringkasnya yang disari dari berbagai sumber dan pengalaman
penulis selama ini.
Triangulasi pada hakikatnya merupakan
pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan
dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti
dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi
jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal
dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat
kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek
kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai
sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin
bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.
Sebagaimana diketahui dalam penelitian
kualitatif peneliti itu sendiri merupakan instrumen utamanya. Karena
itu, kualitas penelitian kualitatif sangat tergantung pada kualitas diri
penelitinya, termasuk pengalamannya melakukan penelitian merupakan
sesuatu yang sangat berharga. Semakin banyak pengalaman seseorang dalam
melakukan penelitian, semakin peka memahami gejala atau fenomena yang
diteliti. Namun demikian, sebagai manusia, seorang peneliti sulit
terhindar dari bias atau subjektivitas. Karena itu, tugas peneliti
mengurangi semaksimal mungkin bias yang terjadi agar diperoleh kebenaran
utuh. Pada titik ini para penganut kaum positivis meragukan tingkat
ke’ilmiah’an penelitan kualitatif. Malah ada yang secara ekstrim
menganggap penelitian kualitatif tidak ilmiah.
Sejarahnya, triangulasi merupakan teknik
yang dipakai untuk melakukan survei dari tanah daratan dan laut untuk
menentukan satu titik tertentu dengan menggunakan beberapa cara yang
berbeda. Ternyata teknik semacam ini terbukti mampu mengurangi bias dan
kekurangan yang diakibatkan oleh pengukuran dengan satu metode atau cara
saja. Pada masa 1950’an hingga 1960’an, metode tringulasi tersebut
mulai dipakai dalam penelitian kualitatif sebagai cara untuk
meningkatkan pengukuran validitas dan memperkuat kredibilitas temuan
penelitian dengan cara membandingkannya dengan berbagai pendekatan yang
berbeda.
Karena menggunakan terminologi dan cara
yang mirip dengan model paradigma positivistik (kuantitatif), seperti
pengukuran dan validitas, triangulasi mengundang perdebatan cukup
panjang di antara para ahli penelitian kualitatif sendiri. Alasannya,
selain mirip dengan cara dan metode penelitian kuantitatif, metode yang
berbeda-beda memang dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek yang
berbeda, tetapi toh juga akan menghasilkan data yang berbeda-beda pula.
Kendati terjadi perdebatan sengit, tetapi seiring dengan perjalanan
waktu, metode triangulasi semakin lazim dipakai dalam penelitian
kualitatif karena terbukti mampu mengurangi bias dan meningkatkan
kredibilitas penelitian.
Dalam berbagai karyanya, Norman K.
Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi
berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait
dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep
Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang.
Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu: (1) triangulasi
metode, (2) triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan
kelompok), (3) triangulasi sumber data, dan (4) triangulasi teori.
Berikut penjelasannya.
Triangulasi Metode
1. Triangulasi metode dilakukan dengan
cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda.
Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan
metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran
informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi
tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara
terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau
pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa
menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi
tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan
diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap
ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau
informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data
itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel
dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian,
triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.
Triangulasi Peneliti
2. Triangulasi antar-peneliti dilakukan
dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan
analisis data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah pengetahuan
mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi perlu
diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus yang telah
memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar
tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari
triangulasi.
Triangulasi Sumber Data
3. Triangulasi sumber data adalah
menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber
perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi,
peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation),
dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau
tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu
akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan
memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai
fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan
pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
Triangulasi Teori
4. Terakhir adalah triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement.
Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori
yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau
kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat
meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali
pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah
diperoleh. Diakui tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut
memiliki expert judgement ketika membandingkan temuannya dengan
perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingannya menunjukkan
hasil yang jauh berbeda.
Mengakhiri tulisan ini, saya ingin
menyatakan bahwa triangulasi menjadi sangat penting dalam penelitian
kualitatif, kendati pasti menambah waktu dan beaya seta tenaga. Tetapi
harus diakui bahwa triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman
peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana
fenomena itu muncul. Bagaimana pun, pemahaman yang mendalam (deep understanding)
atas fenomena yang diteliti merupakan nilai yang harus diperjuangkan
oleh setiap peneliti kualitatif. Sebab, penelitian kualitatif lahir
untuk menangkap arti (meaning) atau memahami gejala, peristiwa,
fakta, kejadian, realitas atau masalah tertentu mengenai peristiwa
sosial dan kemanusiaan dengan kompleksitasnya secara mendalam, dan bukan
untuk menjelaskan (to explain) hubungan antar-variabel atau
membuktikan hubungan sebab akibat atau korelasi dari suatu masalah
tertentu. Kedalaman pemahaman akan diperoleh hanya jika data cukup kaya,
dan berbagai perspektif digunakan untuk memotret sesuatu fokus masalah
secara komprehensif. Karena itu, memahami dan menjelaskan jelas
merupakan dua wilayah yang jauh berbeda. Selamat mencoba!
Sumber utama: http://www.mudjiarahardjo.com/artikel/270.html?task=view
No comments:
Post a Comment