Menurut Bambang Sukma Wijaya dalam http://bambangsukmawijaya.wordpress.com, masih banyak yang salah kaprah dalam penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan
adalah Kualitatif, namun pusing memikirkan teori sebelum memulai
penelitian.
Padahal, penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori, tidak untuk
menguji teori atau mengukuhkan teori yang ada. Jadi buat apa bertanya:
penelitian ini memakai teori apa ya?
Penelitian kualitatif berangkat dari lapangan dan akhirnya (bisa)
menghasilkan teori. Di sinilah uniknya penelitian kualitatif. Peneliti
tidak dibebani oleh teori. Bahkan, pada metode grounded theory approach,
peneliti langsung terjun ke lapangan sambil merancang penelitiannya.
Dari sana baru didesain penelitian, sambil mengumpulkan informasi dan
hasil pengamatan untuk menghasilkan suatu teori baru atas fenomena di
lapangan. Namun, bukan berarti bahwa peneliti “cupu” abis. Setidaknya,
peneliti juga harus punya wawasan untuk dapat menginterpretasi dan
menganalisis fenomena di lapangan. Salah satunya adalah mengetahui teori
yang relevan. Salah satu ya, bukan satu-satunya. Yang lain apa? Yang
lain adalah pendapat-pendapat, komentar-komentar, kutipan-kutipan
pembicaraan, ulasan artikel, jurnal, hasil penelitian yang relevan,
bahkan ‘curhat’ yang ada di blog sekalipun jika memang relevan.
Jadi, apa fungsi teori dalam penelitian kualitatif?
Berbeda dengan teori pada penelitian kuantitatif yang menjadi dasar
penelitian untuk diuji, maka pada penelitian kualitatif, teori berfungsi
sebagai inspirasi dan perbandingan. Mungkin Anda
terinspirasi dari suatu teori yang kemudian menjadi kerangka berpikir
Anda dalam meng-capture suatu fenomena? Atau ketika Anda menjelaskan dan
membahas suatu fenomena, Anda teringat pada suatu teori yang berkaitan
dengan fenomena tersebut, maka ungkapkanlah. Teori akan memperkuat
penjelasan Anda. Dan memberi warna yang lebih tajam bagi analisis Anda.
Namun, teori bukan satu-satunya alat analisis ataupun perbandingan dan
bahkan inspirasi Anda. Karena inspirasi bisa datang dari mana saja. Dari
sebuah artikel ringan di sebuah majalah ‘ecek-ecek’, dari sebuah
ungkapan ngawur di pinggir jalan, dari mana saja. Sepanjang itu
membentuk cara berpikir Anda dalam memandang suatu fenomena, maka itu
bisa menjadi inspirasi bagi Anda. Jadi, dalam penelitian kualitatif,
teori bukan satu-satunya kacamata yang bisa digunakan untuk ‘melihat’.
Ada banyak kacamata lain. Karena itu, mengumpulkan segala macam
informasi yang relevan serta dari segala macam sumber adalah penting.
Karena seperti diulaskan tadi, selain menjadi inspirasi, segala
informasi dan rujukan tersebut juga dapat menjadi bahan perbandingan
Anda pada pembahasan hasil penelitian.
Saya memberi contoh misalnya sebuah cerita.
Ketika sedang menunggu bus yang lewat, tiba-tiba Resa dikejutkan oleh
seorang laki-laki parlente dengan dandanan unik. Laki-laki itu bertanya
dengan gaya sok wibawa, namun tak mampu menyembunyikan ‘jari
ngetril’-nya. Ini mengingatkan Resa pada sosok ‘Pemburu’ dalam film
Quickie Express saat mencoba mendekati tokoh Jojo yang diperankan oleh
Tora Sudiro. Yang membedakan hanya potongan tubuh sosok di hadapannya
tampak lebih tinggi dan kurus. Begitu pula mobil yang ditepikan di depan
halte tampak lebih mengilap dibandingkan milik om ‘pemburu’ dalam film
tersebut.
Nah, ungkapan “sosok ‘Pemburu’ dalam film Quickie Express saat mencoba mendekati tokoh Jojo yang diperankan oleh Tora Sudiro” adalah sama fungsinya dengan teori yang menjadi bahan perbandingan dalam pembahasan penelitian kualitatif.
Sedangkan ungkapan “Yang membedakan hanya potongan tubuh sosok di
hadapannya tampak lebih tinggi dan kurus. Begitu pula mobil yang
ditepikan di depan halte tampak lebih mengilap dibandingkan milik om
‘pemburu’ dalam film tersebut” adalah hasil perbandingan dan analisisnya.
Jadi jelas, teori dalam penelitian kualitatif hanya sebagai bahan
perbandingan dan inspirasi, bukan sebagai dasar penelitian untuk diuji
keberlakuannya pada fenomena atau masalah yang diteliti. Jadi, kenapa
harus repot-repot memikirkan teori apa yang hendak digunakan sebelum
penelitian?
No comments:
Post a Comment