Menurut catatan Rakim, penelitian merupakan kegiatan menguji hipotesis, yaitu menguji
kecocokan antara teori dengan fakta empirik di dunia nyata. Hubungan
nyata ini lazim dibaca dan dipaparkan dengan bersandar kepada variabel,
sedangkan hubungan nyata lazim dibaca dengan memperhatikan data tentang
variabel itu.
Variabel adalah suatu sebutan yang dapat diberi nilai
angka (kuantitatif) atau nilai mutu (kualitatif). Variabel merupakan
pengelompokan secara logis dari dua atau lebih atribut dari objek yang
diteliti. Atribut itu misalnya : Tidak sekolah, tidak tamat SD, tidak
tamat SMP. Maka variabelnya adalah tingkat pendidikan dari objek
penelitian itu. Variabel tingkat pendidikan merangkum semua atribut
tadi.
Variabel merupakan suatu istilah yag berasal dari kata vary
dan able yang berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi kata variabel berarti
dapat berubah. Oleh sebab itu setiap variabel dapat diberi nilai, dan
nilai itu berubah-ubah. Nilai itu berupa nilai kuntitatif maupun
kualitatif. Ukuran kuantitatif maupun kualitatif suatu variabel adalah
jumlah dan derajat atributnya.
Dilihat dari segi nilainya, variabel
dibedakan menjadi dua, yaitu variabel diskrit dan variabel kontinu..
Variabel diskrit nilai kuantitatifnya selalu berupa bilangan bulat,
Variabel kontinu nilai kuantitatifnya bisa berupa pecahan. Apabila
diambil dua bilangan bulat yang wajar sebagai nilai variabel, terdapat
tak hingga banyaknya angka-angka yang mungkin menjadi nilai dari
variabel yang sedang diukur itu. Ini jika digambarkan akan memberi
kesan bahwa nilai-nilai variabel itu bersambung atau kontinu.
Data
adalah hasil pengukuran atau penghitungan nilai-nilai suatu variabel.
Yang dimaksud dengan pengolahan data pada prinsipnya adalah upaya
penyajian dan pembacaan hubungan-hubungan yang ada antarvariabel.
Menurut Narbuko dan Ahmadi, hubungan antarvariabel dapat berupa: (a)
Hubungan simetris, yaitu hubungan variabel yang satu tidak disebabkan
oleh yang lainnya. (b) Hubungan timbal balik, yaitu hubungan suatu
variabel dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel lainnya, (c)
Hubungan asimetris, yaitu hubungan variabel satu mempengaruhi variabel
lainnya..
Yang termasuk hubungan variabel simetris: Pertama, kedua
variabel merupakan indikator dari sebuah konsep yang sama. Misalnya:
Kalau “mengerjakan cepat selesai” sedang “hasilnya tepat”, maka kedua
variabel tersebut merupakan indikator dari seorang yang intelegen”. Hal
ini dapat diartikan kalau “karena cepat” lalu “hasilnya tepat” atau
sebaliknya; “jantung yang berdenyut semakin cepat sering dibarengi
keluarnya keringat tanda kecemasan“ namun demikian, tidak kdapat
dikatakan “jantung yang berdebar cepat menyebabkan tangannya
berkeringat” dan sebagainya.
Kedua, variabel merupakan akibat dari
suatu faktor yang sama; meningkatkan pelayanan kesehatan dibarengi pula
dengan bertambahnya pesawat udara. Kedua variabel tidak saling
mempengaruhi, tetapi keduanya merupakan akibat dari peningkatan
pendapatan. Ketiga, kedua variabel lsaling berkaitan secara fungsional,
“dimana yang satu beradayang ;lainnya pun pasti di sana”. “Di mana ada
guru, di sana ada murid”, di mana ada majikan, di sana ada buruh”.
Kemmpat, “hubungan yang kebetulan semata-mata”. Seorang bayi ditimbang
lalu mati keesokan harinya. Berdasarkan kepercayaan, kedua peristiwa
tersebut dianggap berkaitan, tetapi di dalam penelitian empiris tidak
dapat disimpulkan bahwa bayi tersebut meninggal karena ditimbang.
Hubungan
timbal balik disini bukanlah hubungan, di mana tidak dapat ditentukan
variabel yang menjadi sebab dan variabel lyang menjadi akibat. Tetapi
yang dimaksudkan di sini adalah apabila suatu waktu, variabel x
mempengaruhi variabel Y, sedang pada waktyu yang lain, variabel Y
mempengaruhi variabvel X. Contohnya “ penanaman modal mendatangkan
keuntungan dan pada gilirannya keuntungan akan memungk9nkan penanaman
modal. Jelasnya: ‘variabel terpengaruh dapat menjadi variabel pengaruh”.
Dalam
hubungan asimetris ini ada beberapa ketentuan hubungan sebagai berikut:
Pertama, hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan yang demikian
itulah merupakan salah satu hubungan kausal, yang lazim dipengaruhi
para ahli. Contonya, seorang insinyur pertanian mengamati adanya
pengaruh pupuk terhadap buah yang dihasilkannya; seorang psikolog
meneliti pengaruh kerasnya musik terhadap tingkah konsentrasi. Seorang
pendidik mengamati pengaruh metode mengajar terhadap prestasi belajar
para siswa.
Kedua, hubungan antara disposisi dan respon. Disosisi
adalah kecenderungan untuk menunjukkan respons t ertentu dalam situasi
tertentu, bila ‘stimulus” datangnya pengaruh dari luar dirinya,
sedangkan “disposisi” berada dalam diri seseorang. Contoh: Sikap
kebiasaan, nilai, dorangan, kemampuan, dan lain sebagainya. Suatu
respon sering diukur dengan mengamati tingkah laku seseorang, misalnya:
pemakaian konstrasepsi, migrasi, perilaku inivasi dan sebagainya..
Ketiga hubungan antara diri individu dan disosisi atau tingkah laku.
Artinya ciri di sini adalah sifat individu yang relatif tidak berubah
dan tidak dipengaruhi lingkungan, seperti seks, suku bangsa,
kebangsaan, [pendidikan, dan lain-lain.
Keempat, hubungan antara
parekondisi yang perlu de4ngan akibat tetentu. Contoh: agar pedagang
kesil dapat memperluas usahanya diperlukan antara lain persyaratan
pinjaman bank yang lunak, hubungan antara kerja keras dengan
keberhasilan jumlah jam belajar dengan nilai yang diperoleh. Kelima,
hubungan yang imanen antara dua variabel. Di dalam hubungan ini
terdapat jalinan yang erat antara variabel satu dengan variabel yang
lain. Jelasnya: apabila variabel yang satu berubah, maka variabel yang
lain ikut berubah. Contonya hubungan antara semakin besarnya syatu
organisasi dengan semakin rumitnya peraturan yang ada. Keenam, hubungan
antara tujuan (ends) dan cara (means). Contonya: penelitian tentang
hubungan antara kerja keras dan keberhasilan. Jumlah jam belajar dengan
nilai yang diperoleh pada waktu ujian, besarnya penanaman modal dengan
hasil keuntungan..
Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel adalah
penting bagi setiap penelitian sosial, karena dengan pengukuran itu
penelitian dapat menghubungan kosep yang abstrak dengan realitas.
Proses pengukuran mengandung empat kegiatan pokok sebagai berikut:
Pertama, menentukan indikator untuk dimensi-dimensi variabel
penelitian.. Variabel penelitian sosial pada umumnya memiliki lebih
dari satu dimensi. Semakin lengkap dimensi yang digunakan dari satu
variabel yang dapat diukur akan semakin baik hasil pengukurannya. Kedua
menentukan masing-masing dimensi. Ukunan ini dapat berupa item
(pertanyaan) yang relevan dengan dimensinya. Ketiga, menentukan ukuran
yang akan digunakan dalam pengukuran apakah tingkat ukuran nominal
oardinal, interval atau rasio. Keempat, menguji tingkat validitas dan
areliabilitas sebagai kriteria alat pengukuran yang baik. Alat pengukur
yang baik, apabila alat itu dapat mengungkap relaita itu dengan tepat.
Merumuskan definisi operasional variabel-variabel.
Setelah variabel-variabel diidentifikasikan, dan diklasifikasikan, maka
variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional
(Bridgman, 1972). Penyusunan definisi operasional ini perlu, karena
difinisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data, mana yang
cocok untuk dipergunakannya. Definisi operasional adalah definisi yang
didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan, yang dapat diamati
(diobservasi), konsep yang dapat diamati, atau diobservasi merupakan
hal sangat penting, karen hal yang dapat diamati itu embuka kemungkina
bagi oarang lain, selain peneliti sendiri uantuk dilaksanakan, juga
oarang lain dapat melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang
dilakukan oleh peneliti terbuka untuk kdiuji kembali oleh oarang lain.
Cara menyususn definisi operasional dapat bermacam-macam, yaitu: (1)
yang mnekankan kegiatannya, apayang perlu dilakukan. Contoh frustasi
adalah keadaan yang timbul sebagai akibat tercegahnya pencapaian hal
sangat diinginkan yang sudah hampir tercapai. Lapar adalah keadaan
individu yang timbul setelah ia tidak makan selama 24 jam. Definisi ini
adalah yang menekankan perasi atau manipulasi apa yang harus dilakukan
untuk menghasilkan keadaan atau hal yang didefinisikan, terutama
berguna untuk mendefinisikan “variabel bebas”. (2) yang menekankan
bagaimana kegiatan itu dilakukan. Conto: orang cerdas adalah orang yang
tinggi kemampuannya dalaml memecahkan masalah, tinggi kemampuannya
dalam menggunakan bahasa dan bilangan. Dosen yang otoriter adalah dosen
yang menuntut mahasiswanya melakukn hal lyang dapat seperti yang
digariskannya, suka memberi komando, dan mengutamakan khubungan formal
dengan mahasiswanya. (3) yang menekankan sifat-sifat statis hal yang
didefinisikan. Contoh: mahasiswa yang cerdas yaitu mahasiswa yang
m,empunyai ingatan yang baik, mempunyai perbendaharaan yang baik,
mempunyai perbendaharaan kata yang luas, mempunyai kemampuan berpikir
baik, mempunyai kemampuan berhitung baik.
Ekstraversi adalah
kecenderungan lebih suka ada dalam kelompok daripada seorang diri.
Setelah membuat definisi operasional sebagaimana contoh-contoh tersebut
di atas, selanjutnya poeneliti menunjuk kepada “alat” yang dipergunakan
untuk mengambil data-datanya. Setelah definisi operasional
variabel-variabel penelitian selesai dirumuskan, maka prediksi yang
terkandung dalam hipotesis telah dioperasionalisasikan. Jadi peneliti
telah meneliti prediksi tentang kaitan berbagai variabael penelitiannya
itu secara oprasional dan siap diuji melalui data empiris.
Variabel Antara
Setelah asumsi dasar di dalam ilmu pengetahuan adalah, bahwa gejala
sesuatu harus ada sebab musababnya dan tidak begitu saja terjasdi
dengan sendirinya. Khusus di dalam ilmu sosial, setiap fenomena
dipengaruhi oleh serangkaian sebab musabab. Oleh katrena itu setiap
kita menentukan sebab dari suatu fenomena, selalu akan timbul
pertanyaan, apakah sebab yang l;ainnya? Apakah sebab yang pertama
berpengaruh langsung pada fenomena tersebut, ataukah tidak langsung dan
melalui sebab yang lainnya? Pertanyaan yang terkhir ini mengantarkan
kitra ke suatu faktor penguji yang penting, yaitu “variabel antara”.
Untuk
mengatur rangkaian sebab musabab suatu fenomena, tentu saja lewat
pengamatan serta akal sehatlah di samping teori-teori yang menjadi
pedoman. Namun, di dalam arangkaian sebab akibat itu, suatu variabel
akan disebut “variabel antara” apabila, dengan masuknya variabel
tersebut hubungan statistik yang mula nampak antara dua variabell
menjadi lemah atau bahkan lenyap. Hal ini disebabkan oleh hubungan yang
semula nampak antara kedua variabel pokok bukanlah suatu hubungan yang
langsung, tetapi melalui hubungan variabel yang lain. (Danim menyebut
variabel pengaruh adalah variabel bebas, variabel terpengaruh adalah
variabel terikat)
BVariabel Antara
A
Variabel Pengaruh
C
Variabel Terpengaruh
Keterangan:
Garis putus-putus berarti mungkin berhubungan langsung, mungkin tidak
Untuk
dapat menentukan bahwa diantara tiga kelompok variabel terdapat
variabel antara diperlukan tiga hubungan asimetris: A dan B, B dan B, A
dan C.
Contoh variabel antara
Variabel Pengaruh
Variabel Antara
Variabel Terpengaruh
Agama
Umur
Jenis Perusahaan
Integrasi dalam masyarakat
Pendidikan
Karakteristik buruh
Bunuh diri
Kebiasaan membaca
Upak
Menurut
para ahli sosiologi, agama hanya akan mempengaruhi frekuensi bunuh diri
karena agama erat hubungannnya dengan integrasi seseorang di dalam
masyarakat. Kebiasaan membaca menunjukkan hubungan yang positif dengan
umur, tetapi hanya melalui suatu variabel antara, yaitu pendidikan:
seorang lanjut usia yang tidak sekolah tidak akan lebih banyak membaca
dibandingkan pada masa mudanya. Sebuah teori sumber daya manusia
membuat hipotesis bahwa perusahaan asing dan perusahaan besar membayar
upah lebih tinggi akrena mempeperjakan buruh dengan karakteristrik yang
menjamin produktivitas perusahaan, (misalnya berpendidikan tinggi,
terampil, dan perpengalaman).
Contoh tersebut di atas menunjukkan
dua kemungkinan: (a) variabel pengaruh dapat melalui variabel antara.
(b) Dapat langsung mempengaruhi variabel terpengaruh.
Variabel Anteseden
Variabel anteseden mempunyai kesamaan dengan variabel antara, yakni
merupakan hasil yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan kausal
antara variabel. Perbedaannya, “variabel antara” menyusut diantara
variabel pokok, sedangkan variabel anteseden mendahululi variabel
pengaruh.
A
Variabel Anteseden
B
Variabel Pengaruh
C
Variabel Terpengaruh
Realilta
hubungan antara dua variabel sebenarnya merupakan penggalan dari sebuah
jalinan sebab akibat yang cukup panjang. Oleh karena itu, setiap usaha
untuk mencari jalinan yang lebih jauh, seperti halnya dengan variabel
antisenden – akan memperkaya pengertian kita tentang fenomena yang
sedang diteliti.
Contoh variabel anteseden:
Kita memlilki data
yang menunjukkan bahwa apabila pendidikan seseorang rendah, pengetahuan
politiknyapun rendah. Jadi yang hendak diterangkan adalah hubungan
antara pendidikan dengan pengetahuan politik.
Skema hubungannya sebaga berikut:
pendidikan
Pengetahuan politik
pendidikan
Pengetahuan politik
Status
sosial ekonomi orang tuaDalam memperjelas hubungan ini kadang=-kadang
perlu ditelusuri variabel apa yang mempengaruhi pendidikan. Status
sosial ekonomi orang tua, dalam teori, sering dipandang sebagai
variabel yang mempengaruhi pendidikan seseorang. Dengan demikian, kita
dapat membuat postulat bahwa:
Adanya variabel anteseden
ini menambah pengetahuan kita tentang hubungan antara pendidikan dan
pengetahuan politik. Dengan demikian kita katakan: “Latar belakang
keluarga seseorang (status sosial ekonomi orang tua) menentukan tingkat
pendidikannya dan pendidikannya menentukan tingkat pengetahuan
politiknya”.
Kerangka teori serta akal sehatlah yang pertama-tama
menentukan apakah suatu variabel dapat dipertimbangkan sebagai variabel
anteseden. Untuk dapat diterima sebagai variabel anteseden,
syarat-syaratnya sebagai berikut: (a) ketika variabel harus saling
berbubungan: variabel anteseden dan variabel pengaruh, variabel
anteseden dan variabel terpengaruh, variabel pengaruh dan variabel
terpengaruh. (b) apabila variabel anteseden dikontrol, hubungan antara
variabel pengaruh dan variabel terpengaruh tidak lengkap. Dengan kata
lain: variabel anteseden tidak mempengaruhi hubungan antara kedua
variabel pokok, (c) apabila variabel pengaruh dikontrol, hubungan
antara variabel anteseden dan variabel lterpengaruh harus lengkap.
(Masri Singarimbun, 1982).
Kesimpulan
Variabel penelitian
ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan oleh
hipoteses penelitian. Menurut fungsinya variabel penelitian dibedakan
menjadi: Variabel tergantung (terikat), variabel bebas, variabel
intervening, variabel moderator, variabel kendali, dan variabel rambang.
Sedang menurut datanya, variabel penelitian dapat dibedakan menjadi:
variabel nominal, variabel ordinal, variabel interval, dan variabel
rasio. Variabel menurut nilainya dibedakan menjadi variabel diskrit dan
variabel kontinu.
Daftar Pustaka
Bridgman, P. W. 1972. The Logic of Modern Physics. New York: M.C. Milan
Danim, S. 2007. Metode Penelitian: Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku> Jakarta: Bumi Aksara
Narbuko,
C. dan Ahmadi, A. 2007. Metodologi Penelitian: Memberi Bekal Teoritis
kepada Mahasiswa tentang Metodologi Penelitian serta Diharapkan dapat
Melaksanakan Penelitian dengan Langkah-Langkah yang Benar. Jakakrta
Bumi aksara
Singarimbun, Masri. 1984. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
Sumber artikel: http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/06/pengertian-variabel.html (29-11-2011)
No comments:
Post a Comment