Tujuan
Tujuan penelitian adalah formulasi apa yang ingin diketahui atau
ditentukan dalam melaksanakan penelitian.
Tujuan penelitian bentuk pernyataan, seperti misalnya dengan menggunakan
kalimat:
(1). untuk mengetahui . . . . . . .,
(2). untuk memperoleh . . . . .,
(3). ��.
(dimaksudkan untuk menyatakan secara spesifik apa yang akan dilakukan
dalam penelitian untuk mendapatkan hasil).
( �.. PROSES & HASIL�.. )
Kegunaan
Kegunaan penelitian: Manfaat yang dapat diperoleh kalau tujuan
penelitian telah tercapai.
Apakah memberikan sumbangan pada khasanah ilmu pengetahuan
atau kah
Berguna untuk menjawab masalah-masalah pembangunan.
Bab Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan konsepsi dan teori-teori yang relevan dan biasanya
diperoleh dari:
Buku-buku teks,
Bulletin, Prosiding
Jurnal, dan
Laporan hasil penelitian lain.
Isinya relevan dengan problem yang diteliti dan berasal dari
pustaka-pustaka terbaru.
Uraian dalam bab ini harus dapat memberikan landasan ilmiah tentang :
Masalah penelitian,
Metode yang dipilih (bila perlu), dan
Memberikan landasan ilmiah, mengapa perlakuan yang satu dihipotesiskan
(diduga) lebih baik daripada perlakuan yang lain atau mengapa suatu
variabel diduga berhubungan dengan variabel yang lain.
Hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan atau dugaan �hasil mental� peneliti
mengenai fakta-fakta yang diketahuinya atau jawaban sementara mengenai
suatu gejala atau hubungan antara dua gejala empiris.
Fungsi hipotesis:
1. sebagai dasar penelitian dan pengamatan / observasi.
2. sebagai alat bantu untuk memperoleh pengetahuan baru, yang pada
permulaannya belum dapat dipastikan kebenarannya.
Hipotesis harus didasari suatu landasan teori yang mantap, sehingga
dapat terhindar dari hubungan-hubungan palsu.
Teori dapat diangkat menjadi hipotesa, teori tersebut diuji kembali
secara empiris dalam suatu lingkungan tertentu. Setelah diuji maka
hipotesa tsb dapat mendukung teori atau dapat menolak teori.
Oleh karena itu hasil penelitian tidak perlu sesuai dengan hipotesa
baik hipotesa yang diangkat dari teori ataupun hasil pengamatan empiris
di lapangan.
Hipotesis juga dapat merupakan dugaan atau pendapat sementara terhadap
masalah penelitian, yang kebenarannya harus dibuktikan melalui
penelitian.
Tidak semua penelitian bertujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis,
tetapi untuk penelitian yang bersifat eksperimental pada dasarnya memang
bertujuan demikian.
HIPOTESIS bila dipandang perlu dapat dihilangkan (tidak ditulis), yaitu
apabila dalam perumusan tujuan penelitian penulis sudah menyajikan dalam
bentuk kalimat yang sangat jelas dalam arti dapat memberi petunjuk
tentang pengujian hasil penelitian.
Hipotesis disajikan dalam kalimat pernyataan, sedangkan tujuan
penelitian disajikan dalam kalimat pertanyaan.
Metode Penelitian
Dalam bab ini peneliti menjelaskan seluruh variabel yang digunakan dalam
penelitian. Tidak hanya variabel bebas dan variabel tergantung saja,
tetapi juga variabel- variabel lain yang menentukan keberlakuan hasil
penelitian.
Untuk bidang AGROKOMPLEKS identifikasi dan definisi variabel-variabel
ini menjadi penting, terutama bila penelitian dilaksanakan di lapangan
dan bersifat inter-temporer.
Bab Metode Penelitian dapat berisi a.l. :
(a) Tempat dan waktu pelaksanaan penelitian. Tidak semua penelitian
perlu dijelaskan tentang tempat dan waktu pelaksanaannya.
(b) Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian, terutama tentang
spesifikasi alat dan bahan tersebut
(c) Metode penelitian, mencakup rancangan penelitian dan rencana
analisis datanya,
(d) Pelaksanaan penelitian, dikemukakan prosedur pelaksanaan penelitian
secara terperinci dan lengkap,
(e) Pengamatan dan pengumpulan data, dijelaskan tentang prosedur dan
cara pengamatan penelitian serta dapat menunjang apa saja yang perlu
dikumpulkan.
(f) Analisis data dan interpretasinya. DESKRIPSI PROPOSAL PENELITIAN
(DP4M, DIKTI)
1. Judul Penelitian
Hendaklah singkat dan spesifik, tetapi cukup jelas untuk memberi
gambaran mengenai penelitian yang direncanakan.
Contoh: �������.. ?
2. Pendahuluan
Penelitian dilakukan untuk menjawab keingin-tahuan peneliti untuk
mengungkapkan suatu gejala/konsep/dugaan atau menerapkannya untuk suatu
tujuan.
Kemukakan hal-hal yang mendorong, atau argumentasi pentingnya
dilakukannya penelitian.
Uraikan proses dalam meng identifikasikan masalah penelitian
3. Perumusan Masalah
Rumuskan dengan jelas permasalahan yang ingin diteliti.
Uraikan pendekatan atau konsep untuk menjawab masalah yang diteliti,
hipotesis yang akan diuji, atau dugaan yang akan dibuktikan.
Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup
yang menjadi batasan penelitian.
Uraian perumusan masalah tidak perlu dalam bentuk pertanyaan
4. Tinjauan Pustaka
Usahakan pustaka terbaru, relevan dan asli, misalnya jurnal ilmiah.
Uraikan dengan jelas kajian pustaka yang menimbulkan gagasan dan
mendasari penelitian yang dilakukan.
Tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan dan bahan penelitian lain
yang diperoleh dari acuan pustaka, yang dijadikan landasan untuk
melakukan penelitian.
Uraian dalam tinjaun pustaka dibawa untuk menyusun kerangka atau konsep
yang akan digunakan dalam penelitian.
Tinjauan pustaka mengacu pada Daftar Pustaka.
5. Tujuan Penelitian
Penelitian dapat bertujuan untuk
menjajagi,
menguraikan,
menerangkan,
membuktikan,
menerapkan suatu gejala, konsep, atau dugaan atau membuat suatu
prototipe.
6. Kontribusi Hasil Penelitian
Uraian kontribusi penelitian dalam:
Penemuan ilmu pengetahuan,
Pengembangan teknologi,
Pemecahan masalah pembangunan,
Pengembangan kelembagaan
Hasil berupa:
Ilmu pengetahuan:
DESKRIPSI, SINTESIS, ANALISIS, �.
Teknologi: Hardware, Software
Problem solving:
MODEL, Metode, Strategi, Prosedur
Kelembagaan:
Disain/rancangan/Konsep Institutional building
7. Metode Penelitian
Uraian metode yang digunakan dalam penelitian secara rinci.
Uraian dapat meliputi:
variabel penelitian,
model yang digunakan,
rancangan penelitian,
teknik pengumpulan data,
analisis data, dan
cara interpretasi/ penafsiran hasil.
Untuk penelitian yang menggunakan metode kualitatif, dapat dijelaskan:
pendekatan yang digunakan,
proses pengumpulan data & informasi
analisis data & informasi,
proses penafsiran dan
penyimpulan hasil penelitian.
Jadwal Pelaksanaan
Jadwal Kegiatan penelitian meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan penelitian, dalam bentuk bar-chart.
Bar chart ini memberikan rincian kegiatan dan jadwal pelaksanaan
kegiatan penelitian.
Jadwal pelaksanaan mengacu pada metode penelitian.
Untuk penelitian multiyear, keterkaitan antara tahapan yang satu dengan
tahapan selanjutnya harus jelas (bersifat serial dan/atau bukan
paralel).
9. Daftar Pustaka
Dalam penyusunan Daftar Pustaka dianjurkan, untuk menggunakan Buku
Pedoman tentang itu.
Demikian pula untuk penulisan pustaka di dalam teks.
Dengan menggunakan PEDOMAN TERTENTU tidak hanya konsistensi penulisan
dapat dijaga tetapi sekaligus juga mencerminkan kualifikasi dari
penulisnya.
10. Lampiran
Apabila penyajian tabel, grafik, gambar dan foto dalam teks dipandang
akan mengganggu kontinuitas jalannya pembahasan, sebaiknya disajikan
dalam Lampiran.
Lampiran harus
berhubungan
dengan pembahasan.
KRITERIA PENILAIAN USUL PENELITIAN
(DP4M, DIKTI)
No Kriteria Penilaian Acuan Penilaian Hasil Penilaian kelemahan
proposal penelitian 1 Perumusan masalah Perumusan masalah
Tujuan Penelitian
a. Perumusan masalah lemah, kurang mengarah.
Tujuan penelitian tidak jelas
2 Kontribusi hasil
Penelitian Kontribusi hasil pene itian pada:
-Pengembangan IPTEK
-Menunjang pemba
ngunan b. Kontribusi hasil penelitian pada pengembangan IPTEKS,
pembangunan, pengembangan kelembagaan tidak jelas 3 Tinjauan
pustaka Tinjauan pustaka
Daftar pustaka c. Bahan kepustakaan:
Kurang menunjang penelitian,
Pustaka tidak relevan, Kurang mutakhir,
Bukan hasil penelitian
4 Metode penelitian Metode penelitian d. Metode penelitian
Kurang dirinci,
Sehingga langkah penelitian yang akan dilakukan tidak jelas
5 Kelayakan penelitian Jadwal penelitian
Personalia
Perkiraan biaya e. Kelayakan penelitian kurang, ditinjau dari:
Personalia,
Jadwal, dan
Perkiraan biaya
Sarana pendukung
6. Perkiraan biaya Rincian Biaya f. Anggaran biaya yang diajukan kurang
rinci, atau dinilai terlalu tinggi
7 Adminis trasi Format usulan g. Usulan belum mengikuti format yang
ditentukan
8 Lain-lain h. Lain-lain (masalah sudah banyak diteliti, permasalahan
kurang relevan dengan bidang studi peneliti, dll).
Wednesday, November 30, 2011
Kriteria Penilaian Proposal Penelitian Kuantitatif
Menyusun proposal (rencana) penelitian dapat diibaratkan seperti membuat
suatu barang untuk dijual. Artinya, laku atau tidaknya barang tersebut
sangat tergantung kepada mutu barang itu dan kelihaian kita dalam
menawarkan barang tersebut. Apalagi kalau barang tersebut merupakan hal
baru dan yang dibutuhkan oleh masyarakat, konsumen tentu akan tertarik
untuk membelinya.
Bahwa hanya rencana penelitian yang bermutu ilmiah dan mempunyai
kegunaan tinggilah yang akan diterima oleh masyarakat ilmiah. Apalagi
bila rencana penelitian itu dapat menjanjikan hasil penemuan baru yang
sangat berguna, baik ditinjau dari segi kepentingan praktis maupun dari
aspek ilmu pengetahuan.
Cara penawaran yang menarik juga sangat penting. Dalam arti, bahwa si
pembuat rencana penelitian harus dapat meyakinkan pihak yang akan
menyetujui rencana penelitian tersebut.
Untuk itu dibutuhkan penguasaan ilmu yang memadai, tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
Kekecewaan karena rencana penelitiannya ditolak, sering dialami peneliti
yang mem buat rencana penelitiannya secara terburu-buru. Penolakan ini
biasanya bersumber pada penguasaan materi yang kurang mendalam, karena
si peneliti kurang banyak membaca.
Berbagai komentar yang muncul , misalnya :
penelitian sudah pernah diteliti orang,
kurang ada manfaatnya,
kurang bobot ilmiahnya, dan
penelitian bersifat mencoba-coba saja.
Dalam hal seperti ini kegemaran membaca pustaka ilmiah, terutama yang
memuat hasil-hasil penelitian seperti : journal, bulletin dan
laporan-laporan hasil penelitian yang lain, merupakan kegiatan yang
mutlak diperlukan bagi seorang peneliti.
Lazimnya sebuah rencana penelitian terdiri dari bab- bab :
Pendahuluan,
Tinjauan Pustaka,
Perumusan Hipotesis,
Metode Penelitian.
Bagian lainnya seperti:
Halaman judul penelitian,
Halaman persetujuan,
Kata Pengantar,
Daftar Pustaka dan
Lampiran.
Bab Pendahuluan
Bab ini biasanya terdiri dari :
Latar Belakang
Perumusan permasalahan,
Tujuan Penelitian.
Prinsip singkat tetapi jelas berlaku di sini.
Singkat, artinya janganlah menulis hal-hal yang sebenarnya tidak perlu.
Jelas, dalam arti jangan sampai terlewatkan hal-hal yang seharusnya
ditulis guna kejelasan dari tulisan itu sendiri.
Formulasi permasalahan
Penelitian berpangkal dari suatu pertanyaan dari suatu permasalahan yang
muncul dari benak peneliti karena "ketidak-tahuan" mengenai suatu
fenomena atau gejala.
Misalnya:
Apa yang menyebabkan meningkatnya kriminalitas / kenakalan remaja ?
Mengapa produksi pertanian (dapat juga menyebut salah satu komoditi,
misalnya harga gula) tidak mampu bersaing di pasaran dunia?
Jawabannya dapat bersifat teknik, sosial atau ekonomis.
Stimuli penelitian dapat datang dari berbegai sumber: pengamatan, bacaan
baik dari buku ataupun sumber-sumber lain misalnya pertemuan ilmiah.
Stimuli penelitian di perguruan tinggi juga dapat juga berasal dari
pesanan dari pembuat kebijaksanaan (policy makers) mengenai suatu
permasalahan tertentu yang dihadapi mereka.
Seorang mahasiswa yg memulai penelitiannya seringkali menyatakan
permasalahan penelitian dengan mengemukakan judul penelitian. Ketika
ditanya apa permasalahan penelitian, seringkali tidak dapat menyatakan
permasalahan penelitian.
Permasalahan penelitian merupakan justifikasi / alasan mengapa
penelitian tertentu perlu dilakukan.
Justifikasi tergantung pada pentingnya permasalahan, sedangkan
pentingnya permasalahan dapat ditinjau dari pelbagai aspek.
Problematik penelitian hendaknya juga mencakup bukan hanya "What" tetapi
juga dapat mencakup "whom", "where", and "when".
Pertanyaan atau permasalahan penelitian yang lebih spesifik akan lebih
baik karena dapat mengarahkan kegiatan peneltian yang lebih spesifik
pula.
Mengapa seringkali sulit dalam formulasi permasalahan ?
Hal ini dapat terjadi karena kurang menguasai permasalahan dalam bidang
itu, atau kekurangan membaca literatur yang sudah ada, disamping
pengalaman yang belum cukup dalam bidang penelitian.
Masalah penelitian dapat diperoleh dari dua sumber: dari teori yang
sudah ada (ekperimen) dan dari lapangan (survey, pengumpulan data di
lapangan setelah dianalisa dan diinterpretasikan harus dikaitkan dengan
teori).
Untuk memformulasikan permasalahan seringkali lebih mudah untuk berfikir
perbedaan antara "what is" (apa yang terjadi) dan "what should be" (apa
yang seharusnya terjadi).
Permasalahan penelitian yang baik harus memenuhi beberapa syarat:
relevan dengan waktu timbulnya permasalahan,
berhubungan dengan problematik praktis,
dapat mengisi "research gap",
memungkinkan genelarisasi,
memiliki ketajaman dalam definisi / pembatasan dari konsep-konsep utama,
dapat memerbaiki metoda penelitian bagi peneliti berikutnya.
Teknik Menyimpan Data Penelitian
Cara ini mungkin akan sangat berguna bagi Anda. Dijelaskan oleh Ao Rohiman dalam http://blog.fastncheap.com/mengamankan-data-komputer-dengan-truecrypt/#more-9785 bahwa Saat ini mungkin Anda mempunyai beberapa file atau data rahasia yang
tidak boleh diketahui sama orang lain, bagaimana Anda melindungi data
rahasia tersebut? Dalam artikel ini saya akan memberikan tutorial
sederhana tentang cara melindungi data-data pada komputer kita agar
tidak bisa diakses oleh orang lain menggunakan aplikasi TrueCrypt.
TrueCrypt adalah sebuah software gratis dan open source yang dapat melindungi data rahasia Anda dengan cara melakukan enkripsi data pada file, partisi, hardisk atau USB Flashdisk Anda. Aplikasi ini dapat berjalan pada sistem operasi Windows 7, Windows Vista, Windows XP, Mac OS X dan Linux.
Setelah aplikasi ini diinstall, pertama kali kita harus membuat sebuah TrueCrypt Volume
yang nantinya digunakan sebagai wadah tempat peyimpanan data.
TrueCrypt Volume bisa disimpan pada sebuah file (file yang berisi
volume ini biasa disebut kontainer), partisi atau hardisk secara keseluruhan. Setelah Volume berhasil dibuat, maka langkah selanjutnya kita harus me-Mount Volume tersebut menjadi sebuah Virtual Drive.
Pada Drive inilah nantinya kita akan bekerja, meyimpan, membaca atau
mengedit data-data rahasia kita. Setelah selesai bekerja maka kita harus
men-Dismount Virtual Drive tersebut, sehingga orang lain tidak bisa mengakses data-data kita.
Untuk lebih jelasnya, berikut langlah-langkah mengamankan data pada
komputer menggunakan aplikasi TrueCrypt, dalam contoh ini saya akan
menyimpan data rahasia pada sebuah file bernama PRIVATE yang saya simpan
di C:DATAKU.
Langkah Pertama: Menginstall Aplikasi TrueCrypt
- Download aplikasi TrueCrypt di www.TrueCrypt.org saat ini sudah mencapai versi 7.0a.
- Double klik file installer, pada jendela License Agreement klik Accept.
- Selanjutnya pada jendela Wizard Mode, terdapat 2 pilihan, yaitu Install – untuk menginstall program pada komputer atau Extract – untuk membuat versi Portable dari aplikasi ini sehingga bisa kita jalankan dari USB Flashdisk.
- Dalam contoh ini saya pilih Install, lalu klik Next dan pada jendela selanjutnya klik Install lalu Finish.
Langkah Kedua: Membuat TrueCrypt Volume
- Jalankan aplikasi TrueCrypt dan klik Create Volume.
- Selanjutnya akan muncul jendela TrueCrypt Volume Creation Wizard,
dalam langkah ini kita harus memilih dimana Volume TrueCrypt akan
dibuat. Karena kita akan meyimpan volume TrueCrypt ini pada sebuah file,
maka pilih opsi pertama, lalu klik Next.
- Tentukan tipe volume yang akan dibuat, secara default pilih Standard TrueCrypt volume lalu klik Next.
- Langkah selanjutnya adalah menentukan lokasi tempat penyimpanan
file. Dalam contoh ini kita akan meyimpan TrueCrypt Volume pada file
yang saya beri nama PRIVATE yang berlokasi di C:DATAKU, pastikan
sebelumnya folder DATAKU sudah dibuat, klik Next untuk melanjutkan.
- Pada jendela Encryption Options, klik aja Next untuk memilih Algoritma Enkripsi secara default yaitu menggunakan AES (Advanced Encryption Standard).
- Selanjutnya pada jendela Volume Size tentukan besarnya Volume yang akan kita buat, dalam contoh ini saya membuat Volume Size sebesar 250 MB, sesuaikan dengan data yang nantinya akan kita simpan.
- Masukkan Password pada jendela selanjutnya, dunakan password yang strong tetapi mudah diingat, yang merupakan gabungan dari karakter special, huruf dan angka misalnya “f4$tnch3@p”
- Kemudian Format Volume tersebut, klik Next dan Finish.
Langkah Ketiga : Mount TrueCrypt Volume ke Virtual Drive.
- Jalankan aplikasi TrueCrypt, klik drive letter yang kita sukai, disini saya memilih drive P.
- Klik Select File untuk memilih file yang telah kita buat, yaitu file PRIVATE pada folder C:DATAKU
- Klik Mount, masukan password dan klik OK, sebuah virtual drive P akan terbentuk, klik Exit.
- Simpan data-data rahasia kita ke drive ini, ingat ukurannya tidak boleh melebihi volume size yang telah kita buat.
Langkah Keempat : DisMount TrueCrypt Volume.
- Apabila telah selesai, jalankan kembali aplikasi TrueCrypt, sorot virtual drive kita, lalu klik Dismount.
Langkah Kelima: Agar Data lebih Aman
Untuk lebih mengamankan data yang benar2 penting, maka kita bisa membuat sebuah Hidden Volume di dalam Standard Volume yang
telah kita buat. Nantinya kita akan mempunyai 2 buah TrueCrypt Volume
dalam file yang bernama PRIVATE tersebut. Volume akan di Mount
berdasarkan password yang kita masukkan.


Dengan cara ini, kita bisa memasukkan data-data biasa di volume yang
satu dan data penting di volume yang lain. Bila suatu saat kita terpaksa
harus memberikan password pada orang lain, maka berikan saja password
untuk volume yang berisi data biasa, dan data yang penting masih aman
pada volume yang lain.
Untuk membuat hidden volume ikuti langkah-langkah berikut ini:
- Jalankan TrueCrypt, klik Create Volume, pilih Create an encrypted file container, klik Next
- Selanjutnya pada volume type pilih Hidden TrueCrypt Volume, klik Next.
- Karena kita sebelumnya telah mempunyai Normal TrueCrypt Volume, maka pada jendela Volume Creation Mode pilih Direct Mode klik Next
- Pada jendela Volume Location, klik select file, lalu pilih lokasi file sebelumnya yitu C:DATAKUPRIVATE klik Next
- Masukkan Password sebelumnya untuk membuka Normal TrueCrypt Volume.
- Langkah selanjutnya adalah membuat Hidden Volume, klik Next, kemudian klik Next lagi
- Isikan ukuran Hidden Volume, misalnya 100MB, klik Next
- Isikan Password untuk Hidden Volume tersebut
- Klik Next, lalu format volume tersebut. klik Finish
- Selanjutnya, untuk Mount dan Dismount volume bisa
kita ikuti lagi langkah keempat. Hanya saja volume yang akan di mount
dapat kita pilih berdasarkan password-nya. Berikut tampilan TrueCrypt
apabila saya memasukkan password hidden volume:
Demikianlah tutorial sederhana tentang cara mengamankan data komputer menggunakan aplikasi TrueCrypt. Selamat Mencoba.
Read more: http://blog.fastncheap.com/mengamankan-data-komputer-dengan-truecrypt/#more-9785
Metode Penelitian Eksploratif
Berdasarkan keterangan Wikipedia, dijelaskan bahwa penelitian eksploratif adalah salah satu jenis penelitian sosial yang tujuannya untuk memberikan sedikit definisi atau penjelasan mengenai konsep atau pola yang digunakan dalam penelitian.[1] Dalam penelitian ini, peneliti belum memiliki gambaran akan definisi atau konsep penelitian.[2] Peneliti akan mengajukan what untuk menggali informasi lebih jauh.[3] Sifat dari penelitian ini adalah kreatif, fleksibel, terbuka, dan semua sumber dianggap penting sebagai sumber informasi.[3]
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjadikan topik baru lebih dikenal oleh masyarakat luas, memberikan gambaran dasar mengenai topik bahasan, menggeneralisasi gagasan dan mengembangkan teori yang bersifat tentatif, membuka kemungkinan akan diadakannya penelitian lanjutan terhadap topik yang dibahas, serta menentukan teknik dan arah yang akan digunakan dalam penelitian berikutnya.[4] [3]
Sumber utama: http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_eksploratif
Labels:
eksplorasi,
penelitian,
penelitian eksploratif
Tuesday, November 29, 2011
Penelitian Kualitataif dan Teknik Analisis Data Miles and Huberman
Menurut Suratno dalam makalah yang disampaikan dalam Seminar Metodologi Penelitian pada tanggal 05 April 2010 di Program Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin dan dilansir dalam situs www.pps-antasari.ac.id/dwn/penelitian%20kualitatif.doc, ia menyebutkan bahwa kecenderungan dewasa ini penelitian kualitatif semakin mendapat tempat di
hati para peneliti karena beberapa alasan yang antara lain bahwa ilmu-ilmu
fisik memang dapat ditentukan di laboratorium karena memiliki uniformitas fisis
yang tetap, sebaliknya perilaku sosial merupakan gejala unik yang
uniformitasnya tidak dapat ditentukan sebelumnya; selain itu tingkah laku
sosial terdapat bukan hanya seperangkat penilaian yang seragam tetapi setumpuk
kecenderungan, kepentingan dan cita-cita yang kacau dan saling bersaingan;
akhirnya dunia ini merupakan sesuatu yang komplek dan ganda. Pendekatan
kuantitatif terasa ada ketidak sesuaian paradigma untuk menangani
masalah-masalah empiris sosial seperti ini. Muncullah paradigma baru yakni
pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif dilandasi oleh filsafat fenomenologis yang
implementasinya mengenal berbagai istilah seperti naturalistik, etnometodologi,
dan interaksi simbolik. Dalam mendisain penelitian kualitatif yang perlu
diingat bahwa selain jenis kasusnya harus jelas, studinya apakah kasus tunggal
ataukah multi kasus atau multi situs, demikian pula landasan teori yang
digunakan sebagai pendekatan apakah fenomenologis, interaksi simbolik,
kebudayaan, dan etnometodologi sebagai arah bagi pengumpulan dan analisis
datanya.
1.
Jenis dan
Ciri Metode Penelitian Kualitatif
Beberapa karekterisitik penelitian kualitatif,
antara lain dapat disebutkan :
a) Pengungkapan makna (meaning) merupakan hal yang esensial;
b)
Latar alami (natural
setting) sebagai sumber data langsung;
c)
Peneliti sendiri merupakan instrumen kunci.
d)
Data kualitatif untuk mengungkap realitas ganda antara
peneliti dan informan.
e)
Sampel bertujuan (purposive sampling) sehingga
mengutamakan data langsung.
f)
Analisis data induktif, lebih memudahkan pendeskripsian
konteks yang muncul.
g)
Teori mendasar (grounded theory), yaitu mengarahkan
penyusunan teori yang mendasar dan dari lapangan langsung.
h)
Disain bersifat sementara karena pola lapangan sulit
dibakukan terlebih dahulu, disain tampil dalam proses penelitian (emergent,
evolving, developing).
i)
Pensepakatan
hasil terhadap makna dan tafsir atas data langsung dari sumbernya.
j)
Modus laporan studi kasus agar terhindar dari bias
akibat interaksi peneliti dengan responden.
k)
Penafsiran idiografik atau keberlakuan khusus yang
diarahkan dalam penafsiran data kualitatif, bukan nomotetik (keberlakuan umum).
l)
Aplikasi tentatif akibat realitas ganda dan
berbeda-beda.
m) Ikatan konteks terfokus, karena tuntutan
pendekatan holistik.
n)
Kreteria keabsahan, meliputi kredibilitas,
transferbilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sewajarnya harus masuk kelatar tertentu yang
sedang diteliti karena concern nya
dengan konteks. Bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimenegrti maknanya
secara baik apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara
mendalam dan diobservasi pada latar dimana fenomena tersebut sedang
berlangsung. Oleh karena itu teknik wawancara dan observsi dalam penelitian kualitatif
merupakan teknik yang digunakan. Disamping itu peranan teknik dokumentasi
sangat penting, karena bahan-bahan yang di tulis oleh atau tentang subyek
seringkali digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan.
Data yang
sedang dan telah dikumpulkan melalui teknik-teknik diatas harus dilacak,
diorganisasi, dipilah, disintesis, dicari polanya, diinterpretasi dan disajikan
agar peneliti dapat menangkap makna
fenomena serta dapat mengkomunikasikan kepada orang lain. Proses ini dalam
penelitian kualitatif merupakan rangkaian analisis data.
Dalam uraian
selanjutnya akan disajikan tentang teknik pengumpulan data yang meliputi
wawancara, observasi, dan dokumentasi serta teknik dan model analisis data.
2.
Teknik
Pengumpulan Data
2.1 Teknik Wawancara
Menurut Lincoln
dan Guba (1985) dalam A. Sonhadji K.H (1994) wawancara dinyatakan sebagai suatu
percakapan dengan bertujuan untuk memperoleh kontruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas,
organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya ;
selanjutnya rekonstruksi keadaan tersebut dapat diharapkan terjadi pada masa yang akan datang ; dan
merupakan verifikasi, pengecekan dan pengembangan informasi
( konstruksi, rekonstruksi dan
proyeksi) yang telah didapat sebelumnya.
Tahap-tahap
wawancara meliputi :
·
Menentukan siapa yang diwawancarai
·
Mempersiapkan wawancara
·
Gerakan awal
·
Melakukan wawancara dan memelihara agar
wawancara produktif
·
Menghentikan wawancara dan memperoleh rangkuman
hasil wawancara
Pada tahap
pertama peneliti menentukan dimana dan dari siapa data akan dikumpulkan .
Kegiatan ini juga meliputi penentuan bahan-bahan dan identifikasi informan yang
diperlukan dalam wawancara. Pada tahap kedua
mencakup pengenalan karakteristik
dari responden. Semakin elite responden, maka makin penting untuk
mengetahui informasi lebih banyak tentang responden. Selain itu peneliti harus
menyiapkan urutan pertanyaan, peran, pakaian, tingkat formalitas, dan
konfirmasi waktu dan tempat. Tahap ketiga adalah gerakan awal, dimana penelti
melakukan semacam “Warming Up” yaitu mengajukan pertanyaan yang bersifat “grand tour”
agar responden dapat memperoleh kesempatan dan mengalami dalam suasana
yang santai tetapi mampu memberikan
informasi yang berharga., juga berkemampuan untuk mengorganisasikan jalan
pikirannya sendiri., dengan mengajukan pertanyaan secara umum yang akan dirinci
pada waktu wawancara selanjutnya.
Pada tahap keempat pertanyaan
diajukan secara khusus (spesifik), agar dipelihara produktifitas proses
wawancara. Tindakan menhentikan wawancara, apabila peneliti telah banyak
mendapatkan informasi yang melimpah; serta baik peneliti maupun responden sudah
capai. Tindakan berikutnya peneliti harus merangkum dan mencek kembali yang
telah dikatakan oleh responden dan barang kali responden ingin menambah
informasi yang telah diberikannya.
Menurut Seidnan (1991) terdapat tiga rangkaian
wawancara :
·
Wawancara yang mengungkap konteks pengalaman
partisipan (responden)
·
Wawancara yang memberi kesempatan partisipan
untuk merekonstruksi pengalamannya.
·
Wawancara yang mendorong partisipan untuk
merefleksi makna dari pengalaman yang dimiliki.
Pada wawancara
pertama, pewawancara mempunyai tugas membawa pengalaman partisipan kedalam konteks dengan meminta partisipan
bercerita sebanyak mungkin tentang dirinya
sesuai dengan topik pembicaraan , dalam kurun waktu sampai sekarang.
Kegiatan ini disebut wawancara sejarah
hidup terfokus (focused life history). Adapun tujuan wawancara kedua adalah untuk
mengkonsentrasikan rincian konkret tentang rincian pengalaman partisipan
sekarang, sejalan dengan topik studi. Misalnya dalam penelitian tentang guru
dan mentor dalam suatu situs klinis, kita bertanya pada mereka tentang apa yang
sebenarnya dilakukan dalam pekerjaannya. Wawancara ketiga adalah refleksi
makna. Dalam hal ini partisipan diminta merefleksi makna pengalaman yang
dimilikinya. Pertanyaan “makna” bukan merupakan
pertanyaan yang memuaskan, sekalipun isi ini memegang peran yang penting
untuk mengungkap pikiran partisipan. Pertanyaan – pertanyaan seperti ini mungkin muncul, menurut anda
memberi kesan apa kehidupan anda sebelum menjadi guru, dan kehidupan anda
sekarang seperti yang anda katakan ?. Kemudian dapat diteruskan “pengalaman-pengalaman” anda tersebut apa bermanfaat untuk menghadapi
kehidupan yang akan datang.
Apabila suatu penelitian melibatkan wawancara yang ekstensif, atau
wawancara merupakan teknik utama, direkomendasikan untuk menggunakan tape
recorder. Tulisan lengkap dari rekaman
ini dinamakan transkrif wawancara.
Transkrif wawancara merupakan data pokok
dari penelitian wawancara.
Contoh
Transkrif Wawancara
P
K
P
K
|
:
:
:
:
|
(Pewawancara). Ada
beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan tentang klub tennis lapangan kita
Pak (Pak Bakri Mengangguk) . Pertama itu, apakah klub tennis FIA itu memang
mempunyai anggota tetap Pak ?
(Pak Bakri) Ya kita memang mempunyai anggota tetap. Mereka itu yang selalu datang pada hari-hari
latihan. Sebagai ikatan keanggotaanya, mereka di pungut iuran perbulan. Dulu
Rp. 2.500,- tetapi sekarang sisa Rp. 1.500,- karena lapangannya itu milik
kantor sendiri , ya kita tidak perlu bayar lagi . Anggotanya itu, Pak Aris
bisa lihat diatas (sambil menunjuk ruangan Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian).
Di lapangan tennis ; Bapak sering disebut-sebut “manager”.
Bagaimana prosesnya sehingga muncul sebutan itu ?
Sebenarnya ya, tidak pernah diangkat secara resmi bahwa saya manager.
Cuma mungkin dari asal mulanya terbentuk kelompok B. Saya kan yang mula-mula
mengajak teman-teman pergi main, juga urus bola, dan sebagainya. Mungkin
dari situ sehingga saya disebut sebagai manager.
|
Sumber : Arismunandar (1992 : 209)
dalam A. Sonhadji KH. (1994 : 65)
Teknik
transkrif wawancara model lain, yang dibuat oleh Arifin (1992) dengan
mengadopsi teknik Danandjaja (1994) yang pernah dibuat meneliti folklere dan
kebudayaan petani desa Trunyan di Bali.
Teknik ini tidak memasukan unsur peneliti (sebagai
pewawancara). Melainkan langsung
dari hasil wawancara yang dituangkan dalam formulasi kalimat (teknik
seperti ini biasanya dilakukan peneliti yang sering menggunakan kaset perekam
dalam mewawancarai responden), selanjutnya pertanyaan peneliti dianggap sebagai
otobiografi peneliti lapangan. Pertanyaan bisa dengan menggunakan kode-kode.
Contoh
adalah Kode : 43/11-W/PP/26-VII/91 dapat dibaca sebagai berikut :
Nomor transkrif 43, responden berkode 11, hasil
wawancara, topik proses pendidikan, tanggal 26 Juli 1991.
FORMAT
RINGKASAN HASIL WAWANCARA
Sumber data
Peneliti
Peringkas
|
: ----------------------------------
: ----------------------------------
: ----------------------------------
|
Tanggal :
-----------
Mulai s/d
Jam:
|
|||
Kode
Masalah
|
Kode
|
Data
|
Kode
Teknik
|
Isi Ringkasan Data
|
|
Isi
|
Sifat
|
||||
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
Kode Masalah :
diisi kemudian, setelah data terkumpul
Kode Isi Data : S = berkenaan dengan
substansi masalah
K = berkenaan dengan koteks/latar masalah
Kode Sifat Data :
F = faktual, R = refleksi, FD = faktual diragukan
RD = refleksi diragukan
Kode Teknik :
W = wawancara, O = observasi, D = dokumentasi
(kemungkinan gabungan beberapa teknik)
Komentar Peneliti :
…………………………………………………………….
……………………………………………………………..
2.2 Teknik Observasi
Teknik
observasi ini mula-mula dipergunakan dalam etnografi. Etnografi adalah studi
tentang suatu kultur. Tujuan utama etnografi ini adalah memahami suatu cara
hidup dari pandangan orang-orang yang terlibat didalamnya. Spradley (1980)
mengemukakan tiga aspek pengalaman
manusia, apa yang dikerjakan (cultural
behavior) apa yang diketahui (cultural knowledge) dan benda-benda apa
yang dibuat dan dipergunakan (cultural
artifacts), ketiga aspek ini yang dipelajari , apabila seorang peneliti
ingin memahami suatu kultur.
Lincoln dan Guba (1985) dalam A. Sonhadji
K.H. , mengklasifikasikan observasi menurut tiga cara :
·
Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai seorang partisipan atau non partisipan ,
·
Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus
terang (overt) atau penyamaran (convert). Walaupun secara etis
dianjurkan untuk terus terang, kecuali untuk keadaan tertentu yang memerlukan
penyamaran.
·
Ketiga menyangkut latar peneliti. Observasi
dapat dilakukan pada latar “alami” atau “dirancang” (analog dengan wawancara tak struktur dan wawancara terstruktur). Untuk observasi yang
dirancang bertentangan dengan prinsif pendekatan kualitatif, yaitu fenomena
diambil maknanya dari konteks sebanyak dari karateristik individu yang berada
dalam konteks tersebut. Oleh karena itu teknik observasi yang kedua ini tidak
dilakukan dalam penelitian kualitatif.
Setiap
observasi memiliki gaya
yang berbeda-beda. Salah satu perbedaan adalah derajat keterlibatan peneliti,
baik dengan orang maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diamati. Menurut Spradley
(1980) terdapat 3 derajat keterlibatan yaitu tanpa keterlibatan (no involvement) keterlibatan rendah
(low) dan keterlibatan tinggi (high).
Variasi ini tercermin dalam 5 tingkat partisipasi, yaitu non partisipasi (nonparticipation), partisipasi pasif (passive participation), partisipasi
moderat (moderate participation),
partisipasi aktif (active participation) dan partisipasi lengkap (complete participation).
Non partisipasi merupakan skala
yang paling rendah yaitu pengamat tidak terlibat dengan orang atau kegiatan
yang diteliti, disini peneliti mengumpulkan data dengan pengamatan saja, kadang
penelitian seperti ini dilakukan oleh orang-orang yang sangat pemalu yaitu
mereka yang ingin meneliti, tetapi tidak mau melibatkan diri misalnya observasi
dengan menonton soap opera di telivisi.
Pada pasrtisipasi pasif
peneliti hadir dalam peristiwa tetapi tidak berpartisipasi atau berinteraksi
dengan orang lain. Biasanya pengamat membuat sebuah pos observasi dari sini
pengamat mengamati dan merekam apa yang sedang terjadi. Contoh seorang peneliti
berada diruang pengadilan sebagai spectator dari suatu sidang untuk mengamati tertuduh, hakim, jaksa,
panitera dan spectator lainnya kemudian baru melakukan wawancara.
Partisipasi
moderat terjadi bila peneliti mempertahankan adanya keseimbangan antara sebagai
orang dalam (insider) dan orang luar
(outsider) yaitu antara partisipan
dan pengamat. Misalnya seorang peneliti ingin mengamati sebuah permainan . Ia
bertindak sebagai penonton yang mengamati sambil ikut bermain tetapi ia tidak
pernah tampil atau memiliki status sebagai pemain reguler.
Derajat keterlibatan yang
tertinggi terjadi apabila peneliti merupakan parsipan biasa. Keterlibatan
seperti ini dinamakan partisipasi lengkap, contoh seorang peneliti ingin
mempelajari perilaku penumpang bis, ia sendiri setiap hari bertindak sebagai
penumpang bis. Spradley mengingatkan tentang pelaksanaan partisipasi lengkap
ini dengan mengatakan bahwa peneliti makin tahu tentang suatu situasi sebgai
partisipan biasa, makin sulit menempatkan diri sebagai peneliti.
Pada observasi partisipan, peneliti mengamati
aktivitas manusia, karakteristik fisik situasi sosial, dan bagaimana perasaan
waktu menjasdi bagian dari situasi tersebut. Selama penelitian dilapangan jenis
observasinya tidak tetap. Menurut Spradley (1980), peneliti mulai dari
observasi deskripsi (descrivtif observations) secara luas, yaitu berusaha
melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi di sana. Kemudian, setelah perekamanan dan
analisis data pertama, peneliti menyempitkan pengumpulan datanya dan mulai
melakukan observasi terfokus (focused observations). Dan akhirnya setelah dilakukan lebih banyak
lagi analisis dan observasi yang berualang-ulang di lapangan, peneliti dapat
menyempitkan lagi penelitiannya dengan melakukan observasi selektif (selective
observations). Sekalipun demikian peneliti masih terus melakukan observasi
deskriftif sampai akhir pengumpulan data.
Observasi deskriptif erat hubunganya dengan pertanyaan deskriptif,
yaitu pertanyaan yang mengarahkan observasi tersebut. Contoh pertanyaan
deskriptif dikemukakan berikut ini :
·
Apa yang saya kerjakan pada saat berada di ruang
sidang pengadilan ?
·
Bagaimana
bentuk ruang sidang ini ?
·
Apa
yang dilakukan oleh hakim, jaksa, panitera dan pembela pada hari pertama sidang
?
·
Apa
yang dikatakan oleh orang-orang yang hadir di situ ?
Dengan demikian peneliti tidak mencatat informasi-informasi yang rinci.
Observasi deskriptif sebagai respon dari pertanyaan deskriptif mencakup informasi yang banyak bagi peneliti,
yaitu tindakan peneliti dilapangan, apa yang dipikirkan dan bagaimana yang
dirasakan oleh peneliti. Terdapat dua macam observasi deskriftif :
·
Grand tour dapat dilukiskan sebagai orang yang
datang dan berkeliling ke sebuah rumah, perusahaan atau sekolah untuk mengamati
keadaan umum tempat tersebut.
·
Mini tour pertanyaannya menyangkut satuan-satuan pengalaman yang lebih kecil.
Jenis pertanyaan keduanya menyangkut sembilan
dimensi ; Ruang, obyek, tindakan, aktivitas, kejadian, waktu, aktor, tujuan dan
perasaan.
Khusus bidang pendidikan Bogdan dan Biklan (19982) memberikan contoh
daftar pertanyaan observasi antara lain seperti berikut :
·
Bagaimana guru mengorganisasikan kelas ?
·
Apa yang dimaksud oleh guru yang sedang diamati,
seperti maksud dari kata disiplin dan bagaimana ia bertindak sesuai dengan arti
kata tersebut ?
·
Bagaimana anda mengkarakteristikkan suasana
kelas tersebut?
·
Bagaimana perasaan guru-guru di sekolah tentang
pekerjaannya ?
Apabila peneliti sudah
menentukan focus penelitian, ia siap untuk kembali kesituasi sosial dan
melakukan observasi terfokus. Observasi terfokus didasarkan atas pertanyaan
struktural. Pertanyaan struktural memiliki hubungan semantik dengan domain
tertentu, misalnya pertanyaan-pertanyaan struktural berikut ini :
Domain
|
Pertanyaan Struktural
|
Tahap – tahap belanja
Macam-macam saksi
Alasan ganti pekerjaan
Cara mendatangkan saksi secara
cepat
|
Apa saja tahap-tahap dalam belanja ?
Apa saja macam-macam saksi di pengadilan ?
Apa saja alasan orang ganti pekerjaan ?
Cara apa saja untuk
mendatangkan saksi secara tepat ?
|
Observasi selektif mencerminkan
focus terkecil dalam observasi. Dalam hal ini peneliti terlibat dalam situasi
sosial dan mencari perbedaan antara katagori-katagori yang spesifik. Paling
tidak ada 3 cara dalam mencaari perbedaan tersebut.
Pertama ; peneliti tidak mengetahui
kontras dalam mencari perbedaan yang terjadi. Misalnya dalam mempelajari
macam-macam operator, mulai operator yang tidak sabar, pelawak, suka bertanya,
masih belajar dan yang berlagak jadi
supervisor.
Kedua ; apabila peneliti mengetahui satu
atau dua perbedaan, peneliti tetap memerlukan lagi perbedaan yang lain.
Observasi terfokus digunakan untuk mengembangkan daftar perbedaan. Untuk ini
peneliti peneliti mengembangkan pertanyaan kontras, yang meliputi pertanyaan
kontras diadik (dyadic contras questions) seperti “Apa perbedaan
memasuki supermarket dan keluar dari
supermarket?”. Pertanyaan kontras triadic (triadic
contrast questions) seperti pertanyaan “Dari ketiganya, mana dua yang sama dan mana satu yang berbeda; mengasah
pisau,membentuk barisan antri, beristirahat?”.
Ketiga ; perbedaan dapat diketahui
dengan cara menulis semua perbedaan pada kartu-kartu kecil dan mengaturnya
menjadi kelompok-kelompok. Begitu peneliti melihat suatu kelompok kartu timbul
pertanyaan “Apakah perbedaan antara hal-hal tersebut?”Jika peneliti datang pada
hal yang pertama yang menunjukan perbedaan
dengan alasan tertentu, letakan pada kelompok yang baru. Sekarang peneliti mempunyai dua kelompok kartu dan peneliti
dapat melanjutkan mengelompokan kartu-kartu sampai menemukan kartu yang tidak
cocok untuk kedua kelompok tersebut, kemuadian peneliti mulai dengan kelompok
yang ketiga dan sterusnya. Pertanyaan
semacam ini disebut Pertanyaan kontras pemilihan kartu (card sorting contrast questions).
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam observasi
·
Pengamat tidak mungkin dapat mengamati
segala-galanya dilapangan.
·
Dalam melakukan catatan lapangan, kata sifat
interpretative seperti “menyenangkan”, “cantik” dan “menarik” harus dihindari (Patton 1980) Dan kata sifat diskriptif
seperti warna, pengukuran dan kesengajaan. Danandjaja (1984) mengingatkan pada
waktu mencatat hasil observasi agar tidak mencampur adukan hasil pengumpulan data dengan interprestasi.
·
Kehadiran peneliti selama pengamatan hendaknya
tidak mengganggu komunitas subyek, sehingga mereka tidak terpengaruh
perilakunya.
Pembuatan catatan observasi
Menurut Guba dan Lincoln (1981) sebagaimana
dikutip oleh A. Sonhadji KH (1994), telah memberikan pedoman dalam pembuatan
catatan :
·
Pembuatan catatan lapangan yaitu gambaran umum
peristiwa yang telah diamati oleh peneliti.
·
Buku harian
·
Catatan tentang satuan-satuan tematis yaitu
catatan rinci tentang tema yang muncul
·
Catatan kronologis
·
Peta konteks yang dapat berbentuk peta sketsa
atau diagram
·
Taksonomi dan kategori
·
Jadual observasi berisi dedkripsi waktu secara
rinci tentang apa yang dikerjakan, diamati.
·
Sosiometrik diagram hubungan antara subyek yang
sedang diamati
·
Panel pengamatan secara periodik
·
Kuesioner yang diisi oleh pengamat
·
Balikan dari pengamatan lainnya
·
Daftar cek, dibuat untuk mengecek apakah semua
aspek informasi yang diperlukan telah direkam.
·
Piranti elektronik
·
Topeng Steno yaitu alat perekam suara yang
diletakan secara tersembunyi di tubuh peneliti.
Format Rekaman hasil Observasi
Format disini adalah bentuk
wajah catatan lapangan. Bermacam-macam format rakaman hasil observasi telah
dikembangkan. Antara lain format dari
Moleong pada halaman berikut :
FORMAT
MOLEONG

Kelas V SD Jl. Tampak
Siring, Bandung Selatan
Guru : Ibu Ina
|
CL (Catatan
Lapangan) No. 5
Pengamatan Tgl
22/04/2002
Jam 10.10 –
11.45
Disusun jam 20.15
|
(judul) kelas yang
aktif
Tanggapan Pengamat :
|
FORMAT OBSERVASI
![]() |
TEMA OBSERVASI :
Lokasi Obyek : Tgl/Jam
:
Jenis Obyek : Pengamat :
Catatan :
Koding
|
Data / Hasil
Pengamatan
|
|
|
2.3 Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non
insani. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. Lincoln dan Guba (1985)
mengartikan rekaman sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan
oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya
suatu peristiwa atau memenuhi accounting. Contoh : jadual penerbangan, laporan
audit, formulir pajak dan sebagainya.
Sedangkan kata “dokumen” digunakan untuk mengacu setiap tulisan selain
rekaman yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti
surat-surat, buku harian, naskah pidato dan sebagainya.
Alasan dipergunakan sumber ini yaitu :
·
Selalu tersedia dan murah
·
Stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan
situasi yang terjadi
·
Sumber informasi yang kaya secara kontekstual
relevan dan mendasar dalam konteksnya.
·
Pernyataan yang legal yang dapat memenuhi
akuntabilitas
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi adalah catatan
atau karangan seseorang secara tertulis mengenai tindakan, pengalaman dan
kepercayaan yaitu antara lain : Buku harian, Surat pribadi dan Otobiografi
Dokumen Resmi
Terdapat dua macam dokumen
resmi antara lain :
·
Dokumen internal ; memo, pengumuman, instruksi,
aturan, rekaman hasil rapat dan keputusan pimpinan yang digunakan kalangan
sendiri.
·
Dokumen eksternal ; bahan-bahan informasi yang
dihasilkan oleh lembaga social, majalah, bulletin, pernyataan dan berita yang
disiarkan kepada media masa.
Pedoman Dokumentasi
Sekalipun sulit untuk menyusun
suatu pedoman umum dokumentasi karena bervariasinya dokumen yang direkamnya.
Namun unsur obyek yang dicatat, cara pencatatan, aspek dan jenis yang dicatat
dan cara penulisan catatan dapat dimasukan dalam dokumentasi.
FORMAT DOKUMENTASI
TEMA DOKUMENTASI :
Lokasi Obyek : Tgl/Jam
:
Jenis Obyek : Pengamat
:
Catatan :
Koding
|
Data / Hasil
Pengamatan
|
|
|
3
Proses dan
Teknik Analisis Kualitatif
Ada perbedaan mendasar
baik dalam proses maupun dalam teknik analisis kualitatif dengan analisis
kuantitatif. Pada analisis data kuantitatif, pemilihan teknik analisis sangat
ditentukan oleh besaran dan level pengukuran data apakah nominal, ordinal,
interval dan rasio. Masing-masing sarana analisis memerlukan persyaratan untuk
berlakunya untuk uji hipotesa penelitian. Sedangkan analisa data pada
penelitian kualitatif lebih tertuju pada proses pelacakan dan pengaturan secara
sistematik transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar
dapat dipresentasikan temuannya kepada orang lain (Bogdan dan Biklen, 1982). Selanjutnya dijelaskan bahwa analisis data melibatkan pengerjaan
data, organisasi data, pemilahan menjadi satuan-satuan tertentu, sintesis data,
pelacakan pola, penemuan hal-hal yang penting dan dipelajari dan penentuan apa
yang harus dikemukakan kepada orang lain.
Dalam proses
analisis data kualitatif dikenal analisis selama pengumpulan data dan ada
analisis data setelah pengumpulan data.
Analisa Data Selama Pengumpulan Data
Miles dan
Huberman (1984) menyebutkan bahwa analisis data selama pengumpulan data membawa
peneliti mondar-mandir antara berpikir tentang data yang ada dan mengembangkan
strategi untuk mengumpulkan data baru. Melakukan koreksi terhadap informasi
yang kurang jelas dan mengarahkan analisis yang sedang berjalan berkaitan
dengan dampak pembangkitan kerja lapangan. Langkah yang ditempuh dalam
pengumpulan data yaitu penyusunan lembar rangkuman kontak (contact summary
sheet), pembuatan kode-kode, pengkodean pola (pattern codding) dan pemberian
memo.
Lembar
rangkuman kontak merupakan lembar yang berisi serangkaian pemfokusan atau
rangkuman pertanyaan tentang kontak lapangan tertentu. Dalam hal ini, peneliti
menelaah catatan-catatan lapangan, dan menjawab setiap pertanyaan secara
singkat untuk mengembangkan rangkuman secara keseluruhan dari hal pokok dalam
kontak. Pertanyaan itu dapat dirumuskan :
(1)
Orang, peristiwa atau situasi apa yang akan diungkap?
(2) Tema dan isu apa dalam kontak?
(3) Tempat mana yang paling energi pada kontak
berikutnya, dan informasi apa saja yang akan dilacak?
Lembar rangkuman kontak dapat dibuat secara lebih
spesifik dan tidak begitu “open-ended”, dengan disertai kode-kode.
Persoalan yang dihadapi dalam pengumpulan data
adalah banyaknya catatan-catatan lapangan dan dokumen yang terkumpul, sehingga
dapat menyulitkan peneliti dalam menangkap makna yang esensial dan menata
kembali, serta merampingkan menjadi satuan-satuan yang siap dianalisis.
Pengkodean diawali dengan penyusunan daftar kode. Dalam daftar kode yang dapat
disimak dalam Miles & Huberman, 1984 :58-59; terdapat 3 kolom, yakni kolom yang memuat
label deskriptif untuk kategori umum dan kode-kode yang bersangkutan dengan
kategori, berikutnya kolom yang memuat kode-kode secara rinci, sedangkan
terakhir adalah kolom yang memuat kunci-kunci yang mengacu pada pertanyaan atau
sub pertanyaan penelitian, dari mana kode diderivasi. Pemberian kode biasanya dilakukan pada tepi kiri
dan tepi kanan pada catatan lapangan.
Kode pola adalah kode eksplanatori atau
inferensial yaitu kode yang mengidentifikasi suatu tema, pola atau eksplanasi
yang muncul untuk kepentingan analisis selanjutnya.
Pengkodean pada dasarnya menarik sejumlah besar
bahan bersama menjadi lebih bermakna dan dapat teridentifikasi. Proses ini
dapat dikatakan merupakan “pengkodean-meta”. Pengkodean dimaksudkan sebagai
alat untuk merangkum segmen-segmen data, selain itu pengkodean pola merupakan
cara untuk mengelompokkan rangkuman-rangkuman data tersebut menjadi sejumlah
kecil tema atau konstruk.
Pengumpulan data merupakan pekerjaan yang sangat
menarik dan pengkodean biasanya memakan energi yang besar sekali, dimana
peneliti dibanjiri dengan berbagai informasi. Hal ini memungkinkan peneliti
untuk lupa menangkap makna atau gejala umum dari apa yang sedang terjadi.
Pembuatan memo adalah salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut.
Analisa Data Setelah Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam
kegiatan penyajian atau penampilan (display)
dari data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya Peneliti kualitatif banyak
menyususn teks naratif. Display adalah format yang menyajikan informasi secara
sistimatik kepada pembaca.
Penelitian kualitatif memfokuskan pada kata-kata,
tindakan-tindakan orang yang terjadi pada konteks tertentu, konteks mana dapat
dilihat sebagai aspek relevan segera dari situasi yang bersangkutan, maupun
sebagai aspek relevan dari sistem sosial di mana seseorang berfungsi seperti
contohnya : ruang kelas, sekolah, departemen, perusahaan, keluarga, agen,
masyarakat lokal dan sebagainya.
Miles dan Huberman memperkenalkan 2 macam format
yaitu diagram konteks (context chart)
dan matriks.
Model – Model Analisis
Spradley menyebutkan ada
4 macam model analisis yaitu :
·
Analisis
Dominan
·
Analisis
taksonomi
·
Analisis
komponensial
·
Analisis
tema budaya
Analisis adalah penelaahan untuk mencari pola
(paterns). Pola disini lebih mengacu pada pola budaya (cultural patterns) bukan semata-mata situasi sosial suatu domain
cultural (cultural domain) adalah
katagori makna cultural yang menyangkut katagori-katagori yang lebih kecil.
Terdapat 3
elemen dasar domain :
-
Cover term
-
Included term
-
Semantic relationship
Taksonomi
adalah himpunan kategori-katagori yang di organisasi berdasarkan suatu semantic
relationship. Jadi taksonomi merupakan
rincian dari domain cultural.
Contoh
taksonomi :
MEGAZINES
|
Literary magazines
Practical magazines
T.V. guides
Comics
Women’s magazines
News magazines
|
Saturday Review
Harpers
Popular Mechaniscs
TV guide
Supermen Comics
Batman
Cosmopolitan
Better Homes & Gardens
Time
Newsweek
US News & World Report
|
Sumber
:Spradley (1980: 113) dalam Sonhadji, KH, (1994:80)
Sementara itu
analisa komponensial adalah penelaahan sistematik pada atribut-atribut (komponen dari makna) berkaitan dengan
katagori-katagori cultural. Apabila peneliti menemukan kontras-kontras antara
anggota dalam domain, kontras tersebut dianggap merupakan atribut-atribut atau
koponen dari makna. Atribut dari semua katagori cultural dalam suatu domain
dapat disajikan sebagai diagram yang disebut paradigm.
Contoh suatu
Paradigm.
DOMAIN
|
DIMENSIONS OF
CONTRAST
|
||
Signe
|
Action
|
Feeling
|
|
Junk mail
|
no
|
Throw away
|
Disgust
|
Personal letter
|
yes
|
Read dan keep
|
Delight
|
bills
|
no
|
Read and pay
|
Don’t like
|
Sumber : Spradley (1980;132)
dlm Ahmad Sonhadji, KH.(1994:81)
Paragdigma diatas menunjukan beberapa atribut dari 3
katagori budaya tersebut : Apakah ditandatangani, tindakan setelah menerima surat, dan perasaan berkenaan dengan adanya surat tersebut. Secara
umum paradigma tersebut digambarkan sebagai
dibawah ini ;
DOMAIN
|
DIMENSIONS OF
CONTRAST
|
||
I
|
II
|
III
|
|
Cultural catagory
|
Attribute 1
|
Attribute 2
|
Attribute 3
|
Cultural category
|
Attribute 1
|
Attribute 2
|
Attribute 3
|
Cultural catagory
|
Attribute 1
|
Attribute 2
|
Attribute 3
|
Sumber : Spradley (1980;
132) dalam A. Sonhadji K.H., (1994)
Konsep
“tema budaya” pertama kali diperkenalkan ke ilmu sosial oleh ahli antropologi
yang bernama Moris Opler. Opler mendiskripsikan umum tentang budaya Apache. Ia
menyatakan bahwa kita dapat memahami secara baik pola umum dari suatu budaya
dengan mengidentifikasi tema-tema yang berlangsung. Opler yang dikutip oleh
Spradley (1980) mendefinisikan tema sebagai postulat atau posisi yang dinyatakan atau disiratkan, dan biasanya
perilaku perilaku pengendali atau aktifitas stimulasi. Yang diakui secara
tersembunyi atau ditampilkan secara terbuka dalam suatu masyarakat. Sebagai
contoh postulat atau tema yang dijumpai pada budaya Apache sebagai ekspresi
gejala budaya : “Orang laki-laki secara fisik, mental dan moral lebih unggul
dibandingkan wanita”. Tema ini dikembangkan dari beberapa analisis
komponensial tentang budaya Apache.
4.
Penutup
Sajian tentang teknik pengumpulan dan analisis data
dalam penelitian kualitatif ini hanya memuat prinsip-prinsipnya saja. Oleh
karena itu, latihan–latihan dalam menggunakan teknik-teknik ini baik dalam
bentuk simulasi maupun dalam latar yang sesungguhnya, merupakan hal yang perlu
dilakukan, terutama bagi para peminat pendekatan kualitatif (naturalistic). Seperti orang yang
belajar naik sepeda akan membuahkan hasil yang nyata apabila orang tersebut
tidak hanya sekedar membicarakan dan mendiskusikan teknik “naik” sepeda, tetapi
perlu terlibat langsung dalam pengalaman nyata sehingga tidak hanya tahu tetapi
juga mengalami apa dan bagaimana orang mengendarai sepeda. Contoh ini sama dengan bagaimana orang meneliti
dengan pendekatan kualitatif.
Referensi
Cresswell, J.W. 2009. Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. Los Angeles:
Sage.
Kerlinger, Fred N. 2000. Foundations of behavioral research. Australia: Wadsworth
Thomson Learning.
McMillan, J.H.
& Schumacher S. 2010. Research in
education, 7th ed.. Boston:
Pearson.
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis
Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang MetodeMetode Baru. UIPress. Jakarta.
Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta.
Suharsimi
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Subscribe to:
Posts (Atom)